Kemenkes: Ribuan Calon Dokter Spesialis Alami Depresi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Calon dokter di Indonesia sebagian besar mengalami depresi bahkan sampai ingin melukai diri saat mengikuti pendidikan program spesialis atau yang dikenal dengan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).
Fakta tersebut berdasarkan laporan skrining kesehatan jiwa yang dilakukan Kementerian Kesehatan per Maret 2024. Hasilnya, sebanyak 22,4 persen atau sekitar 2.716 calon dokter spesialis mengalami gejala depresi akibat PPDS.
Dari jumlah tersebut sebanyak 3,3 persen dokter PPDS atau sekitar 399 memiliki keinginan ingin bunuh diri.
1. Alami depresi ringan sampai berat
Kemenkes melaporkan 2.716 PPDS yang mengalami gejala depresi, 1.977 di antaranya depresi ringan, 486 depresi sedang, 178 orang mengeluh depresi sedang sampai berat, dan 75 orang mengalami depresi berat.
"Dalam 2 Minggu terakhir, 3,3 persen atau sekitar PPDS merasa lebih baik mati atau ingin melukai diri sendiri dengan cara apapun," tulis laporan tersebut.
Baca Juga: Apakah Antibiotik Bisa Dibeli Tanpa Resep Dokter?
2. Pendidikan dokter spesialis untuk membentuk dokter yang mampu mewujudkan kualitas profesional pelayanan
Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada, Yodi Mahendradhata, menerangkan penyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis mencakup peningkatan aspek kompetensi, keterampilan, kepemimpinan, kedisiplinan, tanggung jawab, dan penguasaan etika bagi mahasiswa.
"Menilik cakupan ini, dapat dipahami bahwa pendidikan dokter spesialis bertujuan untuk membentuk dokter spesialis yang mampu mewujudkan kualitas profesional pelayanan kesehatan masa depan. Pembentukan ini melalui proses yang kompleks serta sistematis, dan tidak hanya sekedar melakukan pemahiran semata," ujarnya dilansir laman UGM, Sabtu (20/4/2024).
3. Proses skrining upaya nyata pengelolaan kesehatan jiwa mahasiswa
Dia menegaskan Program Pendidikan Dokter Spesialis terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan peserta didik.
Editor’s picks
Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengurangi potensi penyimpangan aktifitas dalam mekanisme pendidikan yang berakibat pada kesehatan fisik dan mental mahasiswa.
"Proses skrining atau penapisan kesehatan mental merupakan contoh upaya nyata pengelolaan kesehatan jiwa mahasiswa," katanya
4. Hotline jika alami depresi
Kesehatan mental bukan perihal sepele. Jika kamu mengalami atau mengetahui seseorang mengalami gejala depresi, menyakiti diri atau pemikiran untuk bunuh diri, segera cari bantuan profesional. Hubungi psikolog, psikiater, atau klinik kesehatan mental terdekat.
Layanan darurat Pusat Kesehatan Jiwa Nasional (PKJN RSJMM) D’Patens24: 081197910000 (telepon hotline 24 Jam) dan 081380073120 (WhatsApp, Senin - Jumat 08.00 - 16.00 WIB).
Layanan konseling telepon juga tersedia di RS Jiwa rujukan:
RSJ Amino Gondohutomo Semarang: - UGD 24 Jam 024-6731543,
- Konsul jiwa gratis 24 jam : 0821 3000 3400 (call)
- Konsul jiwa gratis 5 hari kerja jam 09.00–15.00 WIB : 0821-3758-0805 (chat)
RSJ Marzoeki Mahdi Bogor: (0251) 8324024, 8324025
RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta: (021) 5682841
RSJ Prof Dr Soerojo Magelang: (0293) 363601
RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang: (0341) 426015, 429067
Temukan bantuan kesehatan jiwa di rumah sakit umum, Puskesmas, biro psikologi, atau online. Komunitas swadaya di Indonesia juga menyediakan layanan konseling dan support group online sebagai alternatif untuk pencegahan bunuh diri dan dukungan dalam mengatasi gangguan kejiwaan.
Baca Juga: Segini Gaji Dokter Militer dan Tunjangannya di Indonesia