Ketua Satgas IDI: Gelombang Ketiga COVID-19 Diprediksi Maret 2022
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban memprediksi gelombang ketiga virus COVID-19 terjadi di Februari atau Maret 2022.
"Beberapa ahli bilang awal Januari, kalau saya sendiri sambil harap-harap cemas itu mungkin masih bulan Februari atau Maret 2022," ujarnya dalam video yang diunggah di instagram pribadi @profesorzubairi dikutip IDN Times, Selasa (19/10/2021).
Baca Juga: Prediksi Gelombang Ketiga Pandemik COVID-19, Ini Kata Wagub Sumut
1. Gelombang ketiga mungkin terjadi
Meski demikian Zubairi menilai terjadinya gelombang ketiga COVID-19 juga tergantung perilaku masyarakat. Namun, melihat kondisi saat ini, Zubairi menilai mungkin terjadi.
"Apakah gelombang ketiga itu mungkin terjadi? Tentu kita berharap jangan sampai terjadi. Namun kenyataannya dari data sekarang ini kondisi itu amat mungkin terjadi," imbuhnya.
Baca Juga: Luhut Ingatkan Gelombang Ketiga COVID-19, Bisa Muncul Varian Baru
2.Tren kenaikan adanya varian virus baru
Editor’s picks
Berkaca dari negara tetangga, tren kenaikan dipicu varian baru SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Terlebih saat ini pemerintah sudah memberlakukan pelaksanaan sekolah tatap muka, pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua.
"Kita sudah mulai buka sekolah tatap muka dan ternyata menyebabkan beberapa klaster. Kemudian kita tahu PON Papua, walaupun sebagian besar yang terinfeksi itu sembuh, tetapi ingat 83 itu tidak sedikit karena menular ke banyak orang, bisa jadi sumber penularan. Klaster baru ini yang dikhawatirkan," jelasnya.
3. Mobilitas masyarakat terus meningkat
Zubairi menambahkan mobilitas masyarakat yang tinggi juga bisa memicu timbulnya gelombang tiga apalagi saat ini banyak tempat pariwisata juga sudah dibuka.
"Bayangin saja yang ke puncak banyak sekali, bahkan ada keluarga yang mengubah bentuk mobilnya menjadi seperti ambulans supaya bisa lolos dari skrining polisi, artinya pergerakan masyarakat cukup padat tergantung perilalu masyarakat apakah prokes baik, selain itu juga ditentukan penentu kebijakan," imbuhnya.
4. Libur Natal dan Tahun Baru bisa picu kenaikan kasus
Zubairi juga khawatir liburan natal dan akhir tahun yang mengundang kerumunan bisa memicu penularan kasus sebab perilaku virus corona selalu dan cepat bermutasi.
"Harapannya senoga gekombang tiga tidak muncul namun tahun depan pandemik bisa menjadi endemik," harapnza
Baca Juga: [BREAKING] Cuti Bersama 2021 Dipangkas Lagi, Libur Natal Dihapus