Minyak Goreng Langka, Guru Besar UI: Waktunya Hidup Sehat

Asupan lemak yang dibutuhkan hanya lima sendok makan

Jakarta, IDN Times - Kelangkaan minyak goreng dan kenaikan harga LPG 12 kilogram nonsubsidi bisa menjadi momentum bagi masyarakat hidup sehat. Setidaknya, itulah yang diungkapkan oleh Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Profesor Ari Fahrial Syam.

Bagi Ari, kondisi itu sebenarnya bisa menjadi momentum untuk mengurangi kebiasaan menggunakan minyak goreng, sekaligus mengubah pola hidup menjadi lebih sehat.

"Sudah saatnya masyarakat mengurangi makanan yang digoreng. Artinya, membuat pola hidup kita jadi lebih sehat," kata Ari dalam siaran tertulis, Jumat (4/3/2022).

Baca Juga: Kapasitas Produksi Minyak Goreng di Sinar Mas Naik 3 Ribu Ton 

1. Makanan yang digoreng tingkatkan kolestrol

Minyak Goreng Langka, Guru Besar UI: Waktunya Hidup Sehatilustrasi kolesterol (yandex.com)

Dia menjelaskan, terlalu sering mengonsumsi makanan yang digoreng dengan minyak goreng berisiko menaikkan kadar kolesterol dan mengakibatkan aterosklerosis. Yaitu, pembuluh darah menjadi lebih sensitif dan kaku.

"Dampaknya, risiko terkena penyakit jantung koroner ikut meningkat," ujar Ari.

2. Sumber lemak jenuh yang berbahaya

Minyak Goreng Langka, Guru Besar UI: Waktunya Hidup SehatSejumlah warga antre membeli minyak goreng kemasan saat operasi pasar minyak goreng murah di Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (11/1/2022). (ANTARA FOTO_Muhammad Iqbal)

Senada dengan Ari, dokter spesialis penyakit dalam, R.A. Adaninggar, mengatakan minyak goreng sebagai salah satu sumber lemak jenuh yang berbahaya bagi tubuh jika dikonsumsi berlebihan. Karena itu, konsumsi makanan yang digoreng pun perlu dibatasi.

"Minyak goreng ini kan juga salah satu sumber lemak jenuh, cukup berbahaya untuk tubuh. Sebenarnya, dalam sehari itu, kita punya batasan untuk mengonsumsi minyak goreng," tutur Ning (sapaan akrabnya).

3. Asupan lemak yang dibutuhkan hanya lima sendok makan per hari

Minyak Goreng Langka, Guru Besar UI: Waktunya Hidup Sehatilustrasi pedagang gorengan (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Jika kandungan lemak jenuh dalam minyak goreng tinggi, dikhawatirkan akan meningkatkan kadar kolesterol buruk dalam darah yang disebut low-density lipoprotein (LDL). Efeknya, meningkatkan risiko berbagai gangguan kesehatan mulai dari obesitas, diabetes, hingga penyakit jantung koroner.

Mengutip anjuran Kementerian Kesehatan mengenai pola hidup sehat salah satunya dengan memerhatikan asupan lemak yang hanya 67 gram atau setara lima sendok makan per hari untuk setiap orang.

"Ini artinya konsumsi minyak goreng tiap orang sebaiknya kurang dari lima sendok makan per hari. Sebab, asupan lemak juga datang dari lauk pauk yang dikonsumsi. Jadi kalau (minyak goreng) langka, ya pakai takaran sehat itu, sekalian menghemat," ujar Ning.

4. Kelangkaan minyak goreng jadi momentum gaya hidup sehat

Minyak Goreng Langka, Guru Besar UI: Waktunya Hidup SehatPedagang menunjukkan minyak goreng curah di Pasar Agung, Depok, Jawa Barat, Rabu (8/12/2021). (ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha)

Ning sepakat kalau kelangkaan minyak goreng bisa dijadikan momentum untuk mengubah gaya hidup lebih sehat. Menurutnya, pola hidup sehat menjadi keharusan di tengah pandemik COVID-19 terutama bagi kelompok rentan.

"Kalau tidak menjaga pola hidup sehat, kita bisa masuk dalam populasi rentan tersebut," katanya.

Populasi rentan yang dimaksud Ning, adalah individu dengan komorbid seperti obesitas, diabetes, penyakit jantung, dan lainnya. Kelompok rentan tersebut berisiko mengalami keparahan bahkan hingga kematian jika terinfeksi COVID-19.

5. Perhatikan juga cata mengolah makanan

Minyak Goreng Langka, Guru Besar UI: Waktunya Hidup SehatYummy Berbagi dengan Para Pekerja Informal Melalui #1Resep1NasiBungkus (IDN Media/Herka Yanis Pangaribowo)

Ning menambahkan cara mengolah makanan jadi salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam menjalani pola hidup sehat, khususnya ketika mengurangi konsumsi makanan berminyak.

Memasak dengan cara mengukus dan memanggang bisa jadi pilihan. Keduanya efektif mengurangi penggunaan minyak goreng dalam mengolah makanan.

"Dikukus atau dipanggang itu lebih sehat karena mengurangi lemak juga," kata Ning.

Meski demikian Ning, mengingatkan makanan yang diolah dengan cara dipanggang pun tidak 100 persen sehat. Terlebih jika menggunakan arang. Bagian yang menjadi gosong ketika dipanggang, sebaiknya tidak dikonsumsi karena bisa menjadi karsinogenik atau zat yang memicu pertumbuhan sel kanker.

Selain dikukus, dipanggang, atau dibakar, kemajuan teknologi pun memungkinkan menggoreng makanan tanpa minyak yakni dengan alat masak air fryer. Proses memasak yang mengandalkan uap panas itu memungkinkan hasil masakan yang renyah tanpa menggunakan minyak goreng.

6. Air fryer menjadi salah satu cara mengurangi konsumsi minyak goreng

Minyak Goreng Langka, Guru Besar UI: Waktunya Hidup Sehatilustrasi air fryer (cnn.com/Alex Rennie)

Hingga saat ini, dijelaskan Ning, memang belum ada penelitian khusus mengenai efektivitas air fryer dalam mendukung gaya hidup sehat. Namun, air fryer dapat menjadi salah satu pilihan cara untuk mengurangi konsumsi minyak goreng.

"Karena alat itu mengurangi konsumsi minyak, ya mungkin lebih sehat," ujar Ning.

Dia menilai air fryer masih bisa dikatakan aman dan bisa menjadi pilihan untuk mengurangi konsumsi minyak goreng.Menurutnya sepanjang cara mengolah makanan tidak mengakibatkan kolesterol naik, berarti bisa dan aman digunakan.

"Prinsipnya kalau dari segi makanan itu kolesterolnya tidak naik, ya tidak ada masalah," ujarnya.

Baca Juga: Kapasitas Produksi Minyak Goreng di Sinar Mas Naik 3 Ribu Ton 

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya