Parah, Demo APDESI di DPR Sisakan 7 Ton Sampah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Petugas gabungan dari jajaran Suku Dinas Lingkungan Hidup (LH) Jakarta Pusat dan PPSU Kelurahan Gelora mengangkut 7 ton sampah dari depan Gedung DPR RI usai demo Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (APDESI), Rabu kemarin.
Kepala Suku Dinas LH Jakarta Pusat, Slamet Riyadi mengatakan, kegiatan dilaksanakan untuk mengembalikan kondisi kebersihan kawasan jalan sepanjang sekitar 1,8 kilometer pascaaksi penyampaian pendapat di area tersebut.
"Aksi bersih-bersih melibatkan sekitar 45 petugas gabungan satgas LH dan PPSU," ujarnya dilansir laman resmi Pemprov DKI, Kamis (1/2/2024).
Baca Juga: Demo Apdesi Diwarnai Pengrusakan, Polisi: Bisa Diminta Tanggung Jawab
1. DLH kerahkan satu truk sampah dan mobil street sweeper
Slamet mengatakan, dalam kegiatan itu pihaknya mengerahkan satu unit truk sampah untuk mengangkut sampah.
"Kemudian satu unit mobil street sweeper yang menuntaskan pembersihan jalan," katanya.
2. Sebanyak 7 ton sampah diangkut
Editor’s picks
Sementara Kepala Satuan Pelaksana (Satpel) LH Kecamatan Tanah Abang, Ulda Wardi menambahkan, petugas yang dikerahkan dalam kegiatan ini terdiri dari 25 personel satgas LH dan 20 petugas PPSU.
"Lima ton sampah diangkut menggunakan truk dan dua ton diangkut mobil pick-up PPSU," katanya.
3. Massa APDESI lakukan pengrusakan
Sebelumnya, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Karyoto mengatakan, hingga saat ini belum ada pihak yang diamankan dalam aksi unjuk rasa Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) di depan Gedung DPR/MPR RI, Jakarta Pusat, Rabu (31/1/2024).
Pasalnya, demo menuntut revisi UU Nomor 6 Tahun 2017 tentang Desa berlangsung ricuh dengan adanya aksi pembakaran dan perusakan gerbang DPR.
Massa dari Apdesi juga melakukan pelemparan botol dan batu ke dalam area gerbang yang tengah dijaga pihak kepolisian.
Dia mengatakan, jika ditemukan kerusakan atau pelanggaran hukum, pihak kepolisian akan menuntut pertanggungjawaban.
"Nanti memungkinkan, kita melihat kerusakan, kita minta pertanggungjawaban," kata dia kepada awak media di lokasi. Karyoto menilai, aksi pengrusakan tidak wajar jika dalam menyampaikan aspirasi, demonstran membawa alat-alat yang bisa merusak fasilitas. Dalam aksi demo, ditemukan juga alat seperti palu bodem yang digunakan merusak tembok DPR.
"Karena sudah tidak wajar ketika orang melakukan haknya untuk menyampaikan aspirasi, tapi dia membawa alat-alat seperti, kalau istilah saya bodem, itu kepala besi, kami akan cari," katanya.