Tak Merata, Jokowi Sebut 59 Persen Dokter Spesialis di Pulau Jawa
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Presiden Joko 'Jokowi' Widodo mengatakan distribusi dokter spesialis di Indonesia tidak merata. Bahkan, sebanyak 59 persen dokter spesialis terkonsentrasi di Pulau Jawa.
"Jangan sampai peralatan (medis) yang tadi sudah sampai di kabupaten kota, provinsi tetapi tidak berguna, gara-gara dokter spesialisnya yang tidak ada," ujar Jokowi dalam peluncuran PPDS RSPPU di RS Anak dan Bunda Harapan Kita, Slipi, Jakarta Barat, Senin (6/5/2025).
1. Indonesia baru mampu produksi 2.700 dokter
Selain itu distribusi, lanjut Jokowi, Indonesia juga masih kekurangan dokter spesialis. Berdasarkan laporan dari Menkes Budi Gunadi Sadikin, saat ini Indonesia masih kekurangan dokter umum sekitar 124 ribu dan dokter spesialis sebanyak 29 ribu orang.
"Sedangkan Indonesia baru mampu mengeluarkan 2.700 dokter spesialis per tahun. Jumlah yang sangat sedikit ini harus segera diisi," imbuhnya.
Baca Juga: Jokowi Instruksikan Kekurangan 29 Ribu Dokter Spesialis segera Diisi
2. Indonesia berada urutan 147 untuk ketersediaan dokter spesialis
Editor’s picks
Jokowi mengatakan kurangnya ketersediaan dokter spesialis di Indonesia membuat Indonesia berada di peringkat urutan ke-147 sedunia.
"Sangat rendah sekali. Di ASEAN kita peringkat 9, berarti masuk 3 besar tapi dari bawah. Ini problem angka-angka yang harus kita buka apa adanya," kata Jokowi.
Baca Juga: Jokowi Sebut Kurangnya Dokter Spesialis Masih Jadi Masalah di RI
3. Jokowi minta terobosan masalah kekurangan dan distribusi dokter
Untuk itu, Jokowi meminta terobosan untuk mengurai masalah kekurangan dokter dan distribusi dokter. Dia berharap, adanya 24 fakultas dan 420 rumah sakit di Indonesia bisa menghasilkan dokter spesialis sebanyak-banyaknya.
"Oleh sebab itu, sekali lagi harus ada terobosan, kita harus membuat terobosan. Dulu-dulu saya diberi masukan, begini Pak, begini Pak, biasanya begini Pak, sekarang harus berani memulai," katanya.
"Tadi disampaikan oleh Menteri kesehatan ada 24 fakultas kedokteran dan ada 420 rumah sakit. Oleh sebab itu, 2 mesin ini harus dijalankan bersama-sama agar segera menghasilkan dokter spesialis yang sebanyak-banyaknya," imbuhnya.