Salah satu lokasi di TPST Bantargebang, Bekasi. (IDN Times/Imam Faisha
Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq menyebutkan, perlu ada langkah kolaboratif lintas sektor dalam mengatasi krisis pengelolaan sampah di TPST Bantargebang. Nantinya, kolaborasi akan dilakukan dengan melibatkan lintas kementerian dan pihak swasta.
"Itu memang harus bertanggung jawab, ikut bertanggung jawab dalam penyelesaian sampah di Jakarta. Sampah dengan jumlah 8.000 ton per hari, ini tidak sedikit," katanya.
Hanif menyampaikan, sampah di TPST Bantargebang sudah mencapai 55 juta ton. Untuk mengatasinya, lanjut Hanif, memerlukan metode pengelolaan sampah seperti RDF (Refuse-Derived Fuel) dan teknologi insinerator.
Meski begitu, Hanif menyebut, RDF belum cukup untuk mengatasi jumlah sampah harian yang terus meningkat. Pendekatan lainnya seperti pengelolaan sampah menjadi organik (kompos) dengan skala besar juga dapat digunakan sebagai langkah mengatasi tumpukan sampah.
"Dari kajian kita yang kita lakukan di beberapa lokasi TPA, dengan RDF saja, ternyata tidak signifikan mengurangi timbunan sampah harian. Lagi-lagi kita tidak bisa mengandalkan pada satu mekanisme penyelesaiannya, memang harus komprensif," jelasnya saat meninjau langsung pengelolaan sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang pada Minggu (27/10/2024).