Keren! Petani Milenial Ini Ajak Generasi Muda Geluti Sektor Pertanian

Ada masa depan yang cerah di sektor pertanian lho!

Jakarta, IDN Times - Muhammad Naufal Fadlurahman, Dianisa Aska Nadhira, dan Alfa Okke Triantama Putra tak menyia-nyiakan pamor jamur yang saat ini menjadi peluang tersendiri bagi petani. 

Tiga generasi milenial yang merupakan alumni Jurusan Agribisnis angkatan 2015 Fakultas Universitas Padjajaran tersebut mantap memilih budi daya jamur tiram dengan alasan harga jual jamur cenderung stabil, modal yang tidak terlalu besar, serta perawatan yang mudah.

Peluang tersebut memang hal yang pantas dilakukan oleh mereka. Pasalnya, saat ini banyak restoran, kafe, dan hotel yang menghidangkan menu jamur yang kaya akan kandungan serat, betaglucan, vitamin B, mineral, kalium, dan beberapa jenis karbohidrat. 

1. Punya idealisme ingin membantu orang lain melalui sektor pertanian

Keren! Petani Milenial Ini Ajak Generasi Muda Geluti Sektor PertanianIDN Times/Pusdik Kementan

Memutuskan untuk menjadi wirausaha di bidang pertanian, ketiga generasi milenial tersebut ingin menerapkan ilmu dan pengetahuan yang telah mereka dapatkan selama 4 tahun. Mereka pun memiliki idealisme ingin membantu orang lain melalui sektor pertanian. 

Bermodal awal bantuan dana dari Program Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian (PWMP) yang diluncurkan Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) sejumlah Rp35 juta mereka mencoba untuk menyewa 2 kumbung di Kecamatan Cisarua, Bandung, Jawa Barat. 

2. Hasil panen Ka Kebun bisa mencapai 20-60 kg per harinya

Keren! Petani Milenial Ini Ajak Generasi Muda Geluti Sektor PertanianIDN Times/Pusdik Kementan

Muhammad Naufal Fadlurahman yang akrab disapa Naufal menceritakan awal mula mereka membuka budi daya jamur tiram dengan nama Ka Kebon. 

“Usaha kami bermodalkan dana PWMP yang kami terima di akhir tahun 2019, ditambah tabungan pribadi kami memulai dengan menyewa 2 kumbung (rumah jamur) dengan kapasitas 20 ribu baglog. Dari 2 kumbung ini kami mendapatkan hasil panen mencapai  5-10 kg per harinya dan terus naik sampai rata rata 1-2 kw (kuintal) per harinya pada panen pertama,” cerita Naufal.  

“Pada panen ke-2, hasil panen kami mencapai 20-60 kg per harinya dan pada panen ketiga atau menjelang bulan ke-4 biasanya hanya sekitar 5-10 kg per harinya. Hal ini terjadi karena siklus produktif baglog berusia 3-4 bulan, setelah masa panen ketiga kami harus mengganti baglog dengan yang baru untuk mendapatkan hasil maksimal kembali,” tambah Naufal.

3. Ingin mengolah jamur tiram menjadi olahan jamur lainnya yang sedang digemari masyarakat

Keren! Petani Milenial Ini Ajak Generasi Muda Geluti Sektor PertanianIDN Times/Pusdik Kementan

Ia menambahkan, adanya pandemik memberikan pengaruh pada usaha yang mereka kelola. Di awal PSBB harga jamur tiram di tingkat petani di kisaran Rp10 ribu-Rp12 ribu per kilo, tetapi menjelang Hari Raya Idul Fitri harga sempat jatuh hingga Rp4.000-5.000 per kilonya. 

Namun, harga jamur tiram sudah berangsur naik kembali dan cenderung stagnan di kisaran Rp9.000-Rp12.000 per kilo gramnya. Namun, dalam hitungan kurang lebih 7 bulan mereka telah mampu mengembalikan 50 persen modal mereka. 

Untuk pemasaran, ketiga petani milenial berusia 23 tahun tersebut masih menyetorkan hasil panennya ke bandar selain menjual langsung ke konsumen baik teman, kerabat maupun tetangga secara langsung dalam kemasan 500 gram. Ke depan, mereka pun ingin menambah nilai dari jamur tiram dengan mengolahnya menjadi jamur krispi atau olahan jamur lainnya yang sedang digemari masyarakat saat ini. 

4. Ka Kebun memanfaatkan media sosial untuk mengedukasi generasi muda lainnya tentang budi daya jamur tiram

Keren! Petani Milenial Ini Ajak Generasi Muda Geluti Sektor PertanianIDN Times/Pusdik Kementan

Pemilihan nama Ka Kebun tentunya bukan tanpa alasan, mereka secara tidak langsung ingin mengajak generasi muda seusia mereka untuk kembali terjun menggeluti sektor pertanian karena sektor pertanian tidak ada berhentinya. 

“Kami melihat masa depan yang cerah di sektor pertanian ini. Yang penting tetap mau berusaha dan terus berinovasi,” ucap tiga milenial produsen jamur dengan optimis. 

Mereka pun memanfaatkan media sosial seperti Instagram (@yuk.kakebon) sebagai media untuk mengedukasi generasi muda lainnya tentang sektor pertanian khususnya budi daya jamur tiram. Kegigihan dan keberhasilan mereka dalam mengembangkan budi daya jamur pun telah dilirik acara “Laptop Si Unyil” dan mereka berharap semakin banyak generasi milenial yang tertarik untuk menjadi wirausaha milenial pertanian. 

5. Generasi muda bisa punya peluang kehidupan dan ekonomi yang lebih baik melalui sektor pertanian

Keren! Petani Milenial Ini Ajak Generasi Muda Geluti Sektor PertanianIDN Times/Pusdik Kementan

Kesuksesan Naufal dan rekannya menjadi bukti regenerasi pertanian telah berjalan. Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan bahwa kredibilitas generasi muda di bidang pertanian saat ini semakin berkembang. Mentan percaya semakin banyak generasi muda yang terjun di bidang pertanian, mereka bisa punya peluang kehidupan dan ekonomi yang lebih baik. 

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi, juga menambahkan saat ini Kementan sedang berjibaku untuk memenuhi ketersediaan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia dan ini menjadi peluang bisnis petani milenial. Ia pun tak henti-hentinya mengajak generasi milenial untuk tetap kreatif dan inovatif dalam mengelola sektor pertanian.

“Jangan ragu untuk menekuni sektor pertanian, sektor ini sangat menjanjikan tak terkecuali bagi generasi milenial,” ajak Dedi.

Topik:

  • Marwan Fitranansya

Berita Terkini Lainnya