Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto mengatakan Indonesia dan Australia semakin mempererat hubungan kerja sama yang baik antarkedua negara terutama dalam berbagai bidang. (Dok. TKN Prabowo-Gibran)
Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto mengatakan Indonesia dan Australia semakin mempererat hubungan kerja sama yang baik antarkedua negara terutama dalam berbagai bidang. (Dok. TKN Prabowo-Gibran)

Jakarta, IDN Times - Pendiri CEO PolMark Indonesia sekaligus penggagas aplikasi Warga Jaga Suara, Eep Saefulloh Fatah, mengatakan banyak penyakit Prabowo sindrom setelah keluar hasil real count Komisi Pemilihan Umum (KPU).

“Prabowo sindrom adalah kalah pemilu menolak kalah maju ke peradilan bukti tidak cukup sama sekali, kalau memang mau maju di peradilan kumpulkan bukti dengan kekuatan penuh, dan bukti-bukti itu membuat kredibilitas yang menuntut terjaga,” kata Eep dalam acara bertema Laporan Publik 2 Warga Jaga Suara, Jakarta, Kamis (23/2/2024).

1. Jangan menormalisasi kecurangan pemilu

Ilustrasi - Proses pemungutan suara pada TPS di Banjarmasin. (IDN Times/Hamdan)

Pria yang akrab disapa Kang Eep itu menekankan, seringkali masyarakat menormalisasi berbagai kecurangan yang terjadi pada pemilu. Menurutnya, kata-kata seperti “kalah, kalah aja” acapkali diutarakan publik setelah muncul isu-isu dugaan kecurangan dalam Pemilu 2024.

“Jika di pemilu-pemilu sebelumnya orang bicara tentang curang seringkali respons orang lain ketika mendengar itu adalah 'udah kalah aja', lu ngomong curang sekarang kecurangan itu secara terdesain sejak awal lewat berbagai proses di berbagai forum,” katanya.

2. Prabowo sindrom adalah penamaan secara pribadi

Cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka berencana sowan ke pasangan calon (paslon) nomor 1 dan 3. (Dok. TKN Prabowo-Gibran)

Kang Eep mengaku merasa resah dengan dugaan kecurangan yang terjadi pada Pilpres 2024. Ditambah, dengan amarah pendukung paslon 01 dan 03 yang berkecamuk usai mengetahui hasil real count KPU.

Menurutnya, pengaduan dugaan kecurangan itu harus disertakan dengan bukti-bukti konkret, tetapi belum ada bukti yang diserahkan hingga sekarang. Maka itu, dia menyebut istilah penyakit Prabowo sindrom karena tidak terima dengan kekalahan.

“Prabowo sindrom ini penamaan dari saya kalau ada yang keberatan silakan disampaikan kepada saya sendiri,” ucap Kang Eep. 

3. Belajar dari dua pemilu sebelumnya

Ilustrasi - Suasana PSU di TPS 4 Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Kang Eep pun mencontohkan dua pemilu sebelumnya, yakni pada 2014 dan 2019 dapat berjalan lancar. Ia berharap Pemilu 2024 berjalan dengan adil, tanpa adanya permainan elite politik. 

Karena itu, Kang Eep berharap, Indonesia tidak meneruskan tindakan menentang hukum yang dilakukan Presiden Joko "Jokowi" Widodo. 

“Saya sendiri tentu saja menganggap bahwa pelajaran-pelajaran penting dari dua pemilu sebelumnya harus kita ambil,” pungkasnya.

Editorial Team