Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menag Nasaruddin Umar
Menteri Agama (Menag), Nasaruddin Umar membuka Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS+) 2025 (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Intinya sih...

  • Baznas dan BWI belum miliki kantor representatif

  • Gedung diharapkan jadi simbol spiritual dan pusat keuangan syariah nasional

  • Diharapkan dana umat bisa dikelola lebih profesional dengan reposisi strategis

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah sedang menyiapkan pembangunan sebuah gedung ikonik setinggi 40 lantai di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta. Gedung itu rencananya akan difungsikan sebagai Pusat Pengelolaan Dana Umat yang mengintegrasikan lembaga zakat, wakaf, keuangan syariah, hingga pengelolaan produk halal.

Rencana ini disampaikan Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar. Ia menyebut gagasan tersebut lahir dari perhatian Presiden Prabowo Subianto, terhadap besarnya potensi dana umat yang masih belum dimanfaatkan secara maksimal.

“Kalau ini semuanya kita berdayakan, kita akan mengumpulkan dana umat Rp500 triliun per tahun,” ujar Nasaruddin dilansir dari laman resmi Kemenag, Selasa (19/8/2025).

1. Baznas hingga BWI dianggap belum miliki kantor yang representatif

logo BAZNAS (beasiswa.baznas.go.id)

Menag menjelaskan, sejumlah lembaga pengelola dana umat seperti Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) maupun Badan Wakaf Indonesia (BWI), hingga kini belum memiliki kantor representatif. Karena itu, Presiden Prabowo mengusulkan agar pusat pengelolaan dana umat dibangun di kawasan paling strategis dan ikonik di ibu kota.

Lokasi yang dipilih adalah bekas gedung Kedutaan Besar Inggris yang sekarang berada di bawah pengelolaan Kementerian Luar Negeri. Nantinya, fasilitas ini akan menjadi tempat bagi Baznas, BWI, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), hingga Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) yang masih berkantor di tempat sewa.

2. Gedung diharapkan jadi simbol spiritual

Menteri Agama, Nasaruddin Umar ketika berbicara di The International Conference on Cohesive Societies (ICCS) 2025. (IDN Times/Santi Dewi)

Menag mengungkapkan, Presiden Prabowo juga memberi arahan agar rancangan gedung memiliki simbol spiritual. Pada awalnya, desainnya direncanakan setinggi 27 lantai untuk melambangkan tanggal 27 Ramadan. Namun, kemudian disepakati menjadi 40 lantai sebagai representasi angka yang dianggap membawa keberkahan.

“Gedung ini tidak hanya akan menjadi pusat administrasi, tetapi juga simbol kemandirian dan kebangkitan ekonomi umat di Indonesia,” ucap dia.

Bangunan tersebut diproyeksikan menjadi pusat keuangan syariah nasional. Segala bentuk aktivitas mulai dari zakat, infak, sedekah, wakaf, hingga layanan jaminan produk halal dapat dikelola dalam satu atap.

3. Diharapkan dana umat bisa dikelola lebih profesional

Menag, Nasaruddin Umar, memberikan harapannya untuk kepemimpinan Paus Leo XIV (Kemenag.go.id)

Menag menekankan, kehadiran gedung ini akan mendorong pengelolaan dana umat yang lebih profesional, memberikan kepastian hukum atas wakaf, serta memperluas pemanfaatan aset umat dalam mendukung pembangunan nasional.

Selain fungsi praktis, langkah ini juga diyakini sebagai reposisi strategis dana umat sebagai instrumen penting pembangunan negara. Posisinya di kawasan HI menegaskan, zakat, wakaf, dan instrumen syariah lain tidak sekadar aktivitas keagamaan, tetapi juga bagian dari sistem keuangan nasional.

Meski begitu, Menag mengingatkan masih ada tantangan yang harus dihadapi, mulai dari rendahnya literasi wakaf, keterbatasan profesionalisme nazir, hingga kepastian hukum aset wakaf yang perlu diperkuat.

“Gedung ikonik ini akan menjadi etalase, tetapi keberhasilannya bergantung pada tata kelola, transparansi, dan akuntabilitas,” imbuhnya.

Editorial Team