Membandingkan Trump Vs. Suharto, Rezim Kontroversial dan Cabang Bisnis di Negara

AS jadi seperti Indonesia?

Donald Trump secara voting terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat mulai 2017 mendatang. Memang terpilihnya Trump menjadi sebuah sorotan dunia ke AS. Berbagai pandangan, baik pro maupun kontra, terkait terpilihnya pengusaha kondang tersebut terus mengalir dari masyarakat. Namun, bila menilik lebih jauh, terpilihnya Trump adalah selayaknya masa Presiden baru masuk ke Gedung Putih, yakni sebuah rezim baru.

Rezim tersebut sekarang sudah mulai dibangun oleh Trump. Dikutip dari Washington Post, Trump mulai mencampuradukkan keluarga dengan urusan politik dan bisnis negara. Anak-anak Trump disebut memegang peran penting dalam transisi dan bahkan dalam rezimnya nanti. Meski terus dikritik karena tidak memiliki pengalaman dalam dunia politik, keluarga Trump tetap mengambil keputusan tersebut, ya karena sang Ayah adalah Presiden terpilih.

Membandingkan Trump Vs. Suharto, Rezim Kontroversial dan Cabang Bisnis di NegaraBrendan McDermid/REUTERS/ANTARA FOTO

Mulai dari Ivanka dan menantu Trump, Jared Kushner disebut memegang peran penting dalam transisi pemerintah Obama ke sang ayah. Seperti yang diketahui pun Kushner memang akan diberikan perang dalam hubungan dengan urusan Timur Tengah. Bahkan, dua putra kesayangannya, Donald Jr. dan Eric juga sudah masuk dalam 'kandang' bisnis AS.

Menyatukan keluarga dan bisnis serta politik negara, tidak asing di telinga kita, warga Indonesia. Apakah kalian teringat pada sosok yang lakukan hal serupa di Indonesia? Ya, Presiden Kedua, Suharto.

Persamaan rezim 'keluarga Cendana' dan 'keluarga Trump'.

Membandingkan Trump Vs. Suharto, Rezim Kontroversial dan Cabang Bisnis di Negarawikimedia.org

Legacy sebuah hal yang selalu diagung-agungkan oleh masyarakat. Namun, di baliknya, banyak lubang besar yang ternyata mergikan sebuah negara. Hal tersebut yang sedang banyak pengamat politik di AS ketika Trump terpilih. Dengan otak pengusaha, Trump memang tidak diragukan lagi akan menaruh keluarganya di posisi penting di negeri ini.

Mari berbicara tentang pemerintah Suharto di Indonesia. Dari 1967, Suharto menjadi Presiden Indonesia dengan enam Wakil yang berbeda. Suharto menggantikan tahta orang nomer satu Indonesia dari Ir. Soekarno. Suharto pun bisa dikatakan menjadi Presiden yang memimpin dalam waktu lama. Akhir rezimnya adalah pada 1998. 31 tahun lamanya Suharto memimpin negara kita.

Pada awal masa pemerintahnnya memang Indonesia membuat perkembangan ekonomi baik dengan sistem makro dan BUMN. Masa-masa jaya di mana Indonesia disebut sebagai Macan Asia. Namun, semua berubah pada awal 1980-an. Ketika anak-anak Suharto yang sudah dewasa mengikuti jejak, atau paling tidak keinginan sang ayah. Main bisnis dan politik, kemudian kedua hal tersebut mulai tumpang tindih.

Melihat usaha Trump mengggabungkan keluarganya dengan politik dan ekonomi negara kita melihat bagaimana usaha serupa dilakukan oleh Suharto pada masa pemerintahannya. Contoh saja, putri sulungnya, Tutut dan anak keempat, Tommy Suharto yang gak mau kalah untuk bersaing menjadi kesayangan sang ayah.

Membandingkan Trump Vs. Suharto, Rezim Kontroversial dan Cabang Bisnis di Negaraindexnesia.com

Proyek tol yang bahkan sampai saat ini masih jadi ingatan rakyat Indonesia, adalah tol milik mbak Tutut. Ya, daerah tol Ancol Barat bukan milik Jasa Marga (BUMN), tapi swasta, CMNP. Manajemen CMNP merupakan milik kelompok bisnis Tutut. Dengan kata lain, sampai sekarang, tol masih menjadi 'milik' Tutut. Hasil tersebut adalah bagian dari rezim Suharto untuk mencampuradukkan keluarga dan politik.

Berikutnya adalah Tommy yang 'berkuasa' pada produksi serta ekspor cengkeh dari Indonesia. Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh milik Tommy adalah penguasa cengkeh di Indonesia. Sekarang tersangkut masalah korupsi yang terus menemui jalan buntu.

Dua contoh sederhana di atas menjadikan rezim Suharto sebuat cabang bisnis keluarga yang telah mengelilingi Indonesia. Hal ini yang disebut-sebut akan menjadi apa keinginan Trump untuk membuat 'keluarganya kuat' bukan 'Make America Great Again'.

Baca Juga: Di Balik Kharisma Soeharto, Inilah Jalan Panjang yang Dia Tempuh Sebelum Jadi Presiden

Perbedaan keduanya: sisi pamor.

Membandingkan Trump Vs. Suharto, Rezim Kontroversial dan Cabang Bisnis di NegaraANTARA FOTO & Wikimedia.org

Suharto dikenal sebagai sosok yang tegas karena latar belakang militernya. Posisi-posisi penting sudah dicicipi oleh pria asal Kemusuk, Bantul ini. Contoh saja pada Februari 1966, Soekarno mempromosikan Suharto jadi Letnan Jenderal TNI. Kemudian, hanya butuh lima bulan bagi Suharto untuk menjadi Jenderal TNI. Usai memiliki posisi penting dalam TNI, Suharto pun dianggap pantas jadi Presiden dan mengemban tugas tersebut.

Berbeda dari itu, Trump adalah pengusaha properti yang begitu berpengaruh di AS. Menggunakan kekayaannya untuk membuat berbagai program dan acara televisi yang akhirnya bikin Trump jadi pamor. Kepamorannya membuatnya menghasilkan buku yang berbagi kesuksesannya. Kemudian, Trump pun menjadi bintang reality show televisi AS sampai bintang film.

Kepamoran dan kekayaan dimanfaatkan untuk membuat kampanye kontroversial sampai dirinya menjadi Presiden ke-45 AS.

Masalah yang muncul dalam campur aduk keluarga dan politik.

Membandingkan Trump Vs. Suharto, Rezim Kontroversial dan Cabang Bisnis di NegaraGetty Images via heavy.com

Hal terbesar yang dapat terjadi adalah mana anak kesayangan dari sang ayah, atau dengan kata lain, Presiden. Anak kesayangan yang dapat memuaskan keinginan dan dahaga sang ayah. Tommy dan Tutut menjadi bukti anak kesayangan Suharto dalam rezimnya. Keduanya diberi peran yang sangat penting. Ujungnya? Saling memperebutkan proyek yang dapat menjadikan mereka nomer satu di mata sang ayah.

Hal ini yang bisa saja terjadi pada keluarga Trump. Ivanka, Donald Jr. dan Eric akan saling bersaing untuk menjadi nomer satu di mata sang ayah. Memperebutkan proyek yang berujung pada konflik internal keluarga Trump sendiri.

Pada akhirnya, rezim Suharto jatuh dalam sebuah Reformasi yang memberikan efek besar bagi perekonomian Indonesia dan terbongkarnya berbagai kasus di dalam keluarganya. Inilah yang, sampai sekarang, jadi alasan keluarga dan politik tidak boleh bersatu.

Baca Juga: [OPINI] Apa Dampak Kemenangan Donald Trump Terhadap Indonesia?

Topik:

Berita Terkini Lainnya