Pemkab Banyuwangi Gencarkan Inovasi Layanan Kesehatan Berkualitas

Beberapa masuk Top 99 Sistem Inovasi Pelayanan Publik

Banyuwangi, IDN Times – Mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan aksesibel bagi seluruh elemen masyarakat adalah tujuan bersama. Berbagai inovasi pelayanan bidang kesehatan terus digeber Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, ada pula yang berhasil mengikuti pergelaran inovasi pelayanan publik yang dihelat Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Public Service Awards/UNPSA) di Belanda.

Pemerintah daerah menggelar program mulai dari peningkatan kesehatan ibu dan anak, pengendalian penyakit menular dan tidak menular, pemerataan tenaga medis, penambahan berbagai fasilitas layanan kesehatan, hingga perhatian khusus untuk warga kurang mampu agar tetap bisa menikmati layanan kesehatan.

1. Akselerasi kualitas pelayanan kesehatan melalui inovasi

Pemkab Banyuwangi Gencarkan Inovasi Layanan Kesehatan Berkualitaspixabay.com/pexels

Inovasi yang ditampilkan adalah inovasi yang dijalankan di kampung-kampung Banyuwangi. Ada dua inovasi pelayanan kesehatan dari Banyuwangi yang ikut unjuk gigi, antara lain program Pujasera dan Sakina. 

Program Pujasera mendorong peningkatan kualitas sanitasi publik yang berhasil mengubah perilaku warga dalam melakukan buang air besar. Sedangkan, program Sakina  mengatasi masalah kematian ibu dan anak. Prestasi tersebut adalah buah dari upaya bersama untuk menumbuhkan budaya inovasi di lingkungan birokrasi, khususnya yang terkait dengan pelayanan kesehatan.

Berbagai inovasi pelayanan publik bidang kesehatan di Banyuwangi juga telah masuk dalam jajaran elit Top 99 Sistem Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) yang digelar Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB). Semangat berinovasi itu ditunjukkan lewat banyaknya program terobosan yang lahir, mulai dari puskesmas hingga rumah sakit.

Baca Juga: Masa Jabatan Usai 2,5 Bulan Lagi, Bupati Anas Pamitan dan Minta Maaf

2. Inovasi pelayanan kesehatan tumbuh di Banyuwangi

Pemkab Banyuwangi Gencarkan Inovasi Layanan Kesehatan BerkualitasIlustrasi mobil ambulans. IDN Times/Faiz Syafar

Pembudayaan inovasi mulai disemai di birokrasi kesehatan di Banyuwangi. Kompetisi inovasi pelayanan kesehatan pun tumbuh di Banyuwangi. Antar puskesmas berlomba berinovasi, mulai dari program gizi anak, sanitasi, sampai menekan angka kematian ibu/bayi. Hal itu ditopang oleh kompetisi antar desa yang berupaya mewujudkan layanan penopang puskesmas, seperti penyediaan mobil reaksi cepat di desa-desa hingga keterlibatan para aparatur  desa dalam program jemput bola warga yang sakit di rumahnya masing-masing.

Penguatan jaringan kerja (network) antar pegiat inovasi juga terus dilakukan. Satu sama lain saling belajar dari pengalaman masing-masing.

3. Pelayanan kesehatan mental lewat program Teropong Jiwa

Pemkab Banyuwangi Gencarkan Inovasi Layanan Kesehatan Berkualitasapa.org

Program inovatif juga dijalankan untuk melayani peningkatan kualitas kesehatan mental. Salah satunya lewat program Terapi Okupasi dan Pemberdayaan Orang Dengan Gangguan Jiwa atau disebut Teropong Jiwa. Inovasi itu masuk dalam jajaran Top 99 Inovasi Pelayanan Publik dari Kementerian PAN-RB pada 2020, dari total 2000 lebih inovasi se-Indonesia.

Teropong Jiwa adalah program pemberian terapi kerja bagi Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang diinisiasi oleh Puskesmas Gitik, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi. Pasien ODGJ yang sudah stabil setelah menjalani serangkaian pengobatan akan dilatih berbagai keterampilan kerajinan tangan sebulan sekali. Terapi kerja ini bertujuan agar pasien ODGJ tidak mengalami kekambuhan. Mereka bisa lebih fokus dan tidak mudah emosional, dan yang pasti tujuannya agar mereka bisa mandiri ke depan.

Yang membuat spesial dari program ini adalah para ODGJ setelah mendapatkan keterampilan, mereka disalurkan ke sejumlah tempat kerja. Ada yang diajak bekerja di UMKM, atau diikutkan orang tua asuh.

Sejak diluncurkan pada 2017, sudah ada 54 ODGJ yang dilatih di Puskesmas Gitik. Dari angka tersebut, 33 di antaranya telah dinyatakan stabil. Mereka diajari membuat aneka kerajinan tangan, seperti membuat kue, lampu, gantungan kunci, tas belanja, dan aneka anyaman. Saat ini, sebanyak 25 ODGJ telah bekerja di UMKM setempat, dan 8 orang mendapat orang tua asuh. (CSC)

Baca Juga: 6 Paradigma Wisata Banyuwangi yang Baru ala Bupati Abdullah Azwar Anas

Topik:

  • Ester Ajeng

Berita Terkini Lainnya