Kementan Jaga Resiliensi Perkebunan Dengan Stakeholder dan BABE BUN

Perkebunan salah satu penyumbang PDB terbesar, sudah tahu?

Makassar, IDN Times - Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Perkebunan terus mendorong resilensi perkebunan nasional bersama para stakeholder terkait. Salah satu aspek yang difokuskan kalo ini adalah benih yang merupakan komponen penentu dalam pengembangan kawasan tanaman perkebunan. 

Melalui program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), Kementan membangun sistem penyediaan, pengawasan dan peredaran benih kelapa sawit terintegrasi dengan nama Bank Benih Perkebunan dalam rangka (BABE BUN). Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengapresiasi terobosan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan dan berharap Aplikasi BABE BUN memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk percepatan pelaksanaan kegiatan peremajaan kelapa sawit

“Melalui aplikasi BabeBun PSR ini, penggunaan benih ilegitim dapat diminimalisir, pemasaran/bisnis benih sawit lebih terbuka/tidak terjadi monopoli, distribusi benih sawit lebih terorganisir, petani memiliki kesempatan untuk memilih benih sawit sesuai dengan minat dan kesesuaian lokasi, serta pemerintah dalam hal ini Ditjenbun dan UPTD Perbenihan seluruh Provinsi dapat ikut mengawasi proses peredaran benih kelapa sawit khususnya untuk kegiatan PSR,” jelas Mentan SYL dalam Kegiatan Koordinasi Nasional (Rakornas) Perbenihan Perkebunan di Hotel Dalton Makassar, 16 Maret 2023 lalu.

1. Kerja sama antar stakeholder

Kementan Jaga Resiliensi Perkebunan Dengan Stakeholder dan BABE BUNMenteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Dok. Kementan)

Mentan mengungkapkan, pembangunan pertanian memerlukan kolaborasi dan keikutsertaan peran dari sektor swasta (private sector) untuk menciptakan tata kelola dan sistem usaha perkebunan dalam pengembangan kawasan perkebunan. Tujuannya agar pembangunan tersebut tidak hanya bertumpu pada skema pembiayaan pemerintah (APBN dan APBD) saja.

Kemitraan usaha dari hulu ke hilir melalui kolaborasi, solidaritas, sinergi antara pemerintah, swasta, asosiasi diperlukan untuk mengembalikan, menjaga dan membangun usaha perkebunan. Kemitraan tersebut akan membangun ekosistem perkebunan Indonesia lebih maju, mandiri dan modern.

Baca Juga: Kementan Jaga Kualitas Hasil Komoditas Perkebunan

2. Sosialisasikan pentingnya penggunaan benih unggul

Kementan Jaga Resiliensi Perkebunan Dengan Stakeholder dan BABE BUNhttps://www.infosawit.com/news/13122/asd-bakrie-dan-maktour-

Untuk merealisasikan resiliensi perkebunan nasional, Mentan SYL meminta Direktur Jenderal Perkebunan dan jajarannya agar segera menindaklanjuti sosialisasi penggunaan benih unggul, bersertifikat dan berlabel tidak hanya untuk komoditas kelapa sawit tetapi untuk komoditas perkebunan lainnya dengan memanfaatkan berbagai media baik cetak maupun elektronik.

Lebih lanjut, aplikasi BABE BUN harus aplikatif dan dimanfaatkan serta terus dikembangkan dalam penggunaannya. Mentan berpesan agar kehadiran aplikasi ini tidak menambah sulit dan panjangnya birokrasi PSR sehingga dapat menyelesaikan permasalahan penjualan benih secara online dengan prinsip saling menguntungkan. 

“Melalui Bank Benih Perkebunan diharapkan target pengembangan kawasan tanaman perkebunan dapat tercapai dengan baik, bisnis benih tetap berjalan, kesejahteraan petani meningkat dan pada akhirnya meningkatkan devisa negara,” harap Mentan SYL.

3. Dirjen Perkebunan siap dorong industri perkebunan nasional

Kementan Jaga Resiliensi Perkebunan Dengan Stakeholder dan BABE BUNDirjen Perkebunan, Andi Nur Alamsyah (Dok Kementan)

Di sisi lain, Dirjen Perkebunan, Andi Nur Alamsyah menyampaikan bahwa investasi perkebunan merupakan investasi jangka panjang dan pelaksanaanya perlu disiapkan dengan sangat baik.  Salah satu faktor utama dan paling penting adalah pemilihan benih yang berkualitas. Dalam memilih benih perkebunan harus memenuhi 6 (enam) tepat yaitu tepat jumlah, varietas, mutu, waktu, lokasi dan harga. 

Benih berkualitas dan berlabel adalah benih yang berasal dari kebun sumber benih yang telah ditetapkan oleh Dirjen Perkebunan atas nama Menteri Pertanian, benihnya disertifikasi dan dilabel, dan dalam penyalurannya diawasi oleh petugas Pengawas Benih Tanaman.

“Direktorat Jenderal Perkebunan sangat serius dalam menyiapkan benih tanaman perkebunan bermutu dan berlabel dalam rangka mendukung peningkatan produksi, nilai tambah dan daya saing industri perkebunan. Bentuk keseriusan tersebut diwujudkan melalui pengembangan aplikasi berbasis website dan android yang diberi nama Bank Benih Perkebunan Perkebunan Sawit Rakyat (BABE BUN-PSR). Aplikasi ini merupakan sistem terintegrasi pengelolaan PSR mulai dari penyediaan, pengawasan dan peredaran benih,” ujar Andi Nur.

Ia menjelaskan, Babe Bun PSR merupakan sub sistem dari BABE BUN, sebuah rancangan ekosistem perbenihan perkebunan. Ke depan, BABE BUN sebagai portal perbenihan perkebunan akan mencakup sejumlah subsistem, yaitu Babe Bun Pasti-CSR, Babe Bun Nursery, Babebun Ekspor Impor, Babebun Perizinan dan Pelepasan Varietas Tanaman Perkebunan, Babebun Kebun Sumber Benih (KSB)-Pohon Induk Terpilih (PIT), Babebun Kelembagaan, Sertifikasi dan Standarisasi, dan Babebun E-Commerce.

4. Perkebunan sumbang PDB terbesar

Kementan Jaga Resiliensi Perkebunan Dengan Stakeholder dan BABE BUNPerkebunan karet. (Dok. Ditjen Perkebunan Kementan)

Menurut data BPS, pada kuartal IV tahun 2022, sektor pertanian menyumbang PDB sebesar Rp1.098 Triliun, dimana perkebunan menjadi penyumbang PDB terbesar yaitu sebesar 39,35% (Rp432,01 Triliun). Sedangkan, nilai ekspor pertanian tahun 2022 mencapai Rp640,56 triliun dan dari nilai ekspor tersebut sektor perkebunan merupakan penyumbang terbesar. 

Nilai ekspor sendiri mengalami kenaikan sebesar 6,93% di tahun 2022 menjadi Rp622,37 triliun.  Kontribusi tertinggi berasal dari komoditas kelapa sawit sebesar 75,22%, diikuti dengan karet 8,37%, kelapa 4,10%, kakao 3,01%, kopi 2,75% dan komoditas lainnya (gabungan) sebesar 6,18%.

Terlihat dari hasil capaian positif tersebut, sektor perkebunan terbukti memiliki kontribusi besar dan signifikan dalam membangun pertanian Indonesia. Namun tak dapat dipungkiri, tantangan akan kondisi tanaman tua/rusak/tidak menghasilkan apabila dibiarkan dan tidak ditangani dengan serius dapat berdampak pada devisa dari sektor perkebunan. 

Oleh karenanya, semua potensi sumber daya perkebunan perlu dioptimalkan. Dalam realisasinya, diperlukan pula inovasi dan terobosan untuk mencari sumber-sumber pembiayaan Non APBN dalam pelaksanaan kegiatan penyediaan benih berkualitas dan berlabel menunjang program peremajaan tanaman perkebunan. 

5. Kesepakatan dalam Deklarasi Makassar

Kementan Jaga Resiliensi Perkebunan Dengan Stakeholder dan BABE BUNDeklarasi Makassar dalam Kegiatan Koordinasi Nasional (Rakornas) Perbenihan Perkebunan di Hotel Dalton Makassar, 16 Maret 2023 (Dok. Kementan)

Pada kesempatan rakornas perbenihan perkebunan tersebut, turut dihasilkan pula kesepakatan bersama antar pemangku kepentingan perbenihan hortikultura yang disebut dengan deklarasi Makasar. Deklarasi Makasar “Menjaga Resilensi Perkebunan Indonesia” tersebut digagas oleh Menteri Pertanian Yasin limpo dan ditandatangani oleh 13 deklarator, baik dari kalangan pemeritah pusat, pemerintah daerah, maupun asosiasi perbenihan nasional. 

“Salah satu point penting dari 6 butir deklarasi adalah menjaga keberlanjutan usaha perkebunan nasional dengan mendorong terbentuknya Bank Benih Perkebunan (Babe Bun) dan Badan Pengelola Dana Perkebunan. Diharapkan kedepannya produksi dan ketertelusuran benih perkebunan dapat berjalan dengan baik, kebutuhan benih bermutu aman dan lebih optimal,” ujar Andi Nur. (WEB)

Baca Juga: Tinjau Panen Raya Kementan, Presiden Jokowi dan Mentan Sampaikan Ini

Topik:

  • Evan Yulian Philaret

Berita Terkini Lainnya