Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri Kebudayaan Fadli Zon di Brazil/dok Humas

Intinya sih...

  • Menteri Kebudayaan Indonesia mengajukan permintaan repatriasi Prasasti Pucangan ke India.
  • Prasasti ini memiliki nilai sejarah tinggi bagi identitas bangsa dan dicatat peristiwa penting dalam sejarah Jawa.
  • Fadli Zon berharap India mendukung repatriasi sebagai simbol komitmen melestarikan warisan budaya, sesuai dengan prinsip Kashi Culture Pathway.

Jakarta, IDN Times - Menteri Kebudayaan Indonesia Fadli Zon secara resmi mengajukan permintaan repatriasi Prasasti Pucangan dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Kebudayaan India, Gajendra Singh Shekhawat, di sela Pertemuan Menteri Kebudayaan G20 di Salvador da Bahia.

Permintaan ini menandai komitmen penuh Indonesia untuk memulihkan artefak budaya yang memiliki nilai sejarah tinggi bagi identitas bangsa. Pertemuan yang berlangsung pada Jumat (8/11/2024), merupakan langkah penting untuk memulihkan bagian dari sejarah dan identitas budaya.

"Selain nilai sejarahnya yang luar biasa, repatriasi ini juga akan mempererat persahabatan budaya kedua negara," ujar Fadli Zon dalam keterangan, Minggu (10/11/2024).

1. Prasasti Pucangan merupakan prasasti dibuat atas perintah Raja Airlangga

Menteri Kebudayaan Indonesia Fadli Zon/dok Humas Kementerian Kebudayaan

Prasasti Pucangan, dikenal pula sebagai 'Airlangga Stone' atau 'Calcutta Stone,' merupakan prasasti abad ke-11 yang dibuat atas perintah Raja Airlangga, salah satu penguasa besar Pulau Jawa. 

Prasasti ini mencatat peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Jawa, khususnya terkait pemerintahan Raja Airlangga dan tatanan politik serta keagamaan di masa itu. Pada awal abad ke-19, prasasti ini ditemukan oleh Stamford Raffles, Letnan Gubernur Inggris yang berkuasa di Jawa tahun 1811-1816, yang kemudian dikirim sebagai hadiah kepada Lord Minto, 

"Gubernur Jenderal Inggris di India kala itu. Sejak itu, prasasti ini tetap berada di India dan kini disimpan di Indian Museum, Kolkata," katanya.

 

2. Serah terima prasasti saat Prabowo ke India

Presiden Prabowo subianto tiba di China (dok. Sekretariat Presiden)

Fadli mengusulkan agar serah terima resmi prasasti ini dilakukan pada kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke India pada awal tahun 2025 mendatang, sekaligus menandai 76 tahun hubungan diplomatik antar kedua negara. 

"Kami berharap India dapat mendukung repatriasi ini sebagai simbol komitmen bersama atas pentingnya melestarikan warisan budaya," ungkapnya.

3. Seruan untuk mengembalikan warisan budaya ke tempat asalnya

Museum Taman Prasasti (https://museum.kemdikbud.go.id/)

Upaya repatriasi ini juga diperkuat oleh prinsip-prinsip dalam Kashi Culture Pathway yang disepakati pada Pertemuan Menteri Kebudayaan G20 2023 di India terkait pengembalian artefak budaya ke negara asalnya. 

Fadli berharap agar India dapat mendukung langkah-langkah yang diperlukan untuk memulangkan Prasasti Pucangan ke tempat asalnya, sekaligus mendorong pembentukan tim gabungan untuk melakukan kajian dan memfasilitasi proses ini.

Fadli juga mengusulkan agar Indonesia dan India bersama-sama memimpin upaya pengembalian artefak budaya yang masih berada di negara-negara lain, seperti Inggris dan Belanda. Banyak artefak berharga dari India dan Indonesia yang masih tersimpan di negara-negara tersebut.

"Kita harus secara kolektif memperkuat seruan kepada negara-negara ini untuk mengembalikan warisan budaya ke tempat asalnya, sebagai langkah pemulihan keadilan sejarah," ujarnya.

Editorial Team