Dear Jemaah Haji, Jangan Maksa Beribadah Sunnah di Masjidil Haram

Semua Makkah itu Tanah Haram, di hotel juga

Intinya Sih...

  • Puluhan ribu jemaah haji memasuki Makkah untuk ibadah umrah wajib, disusul kedatangan jemaah gelombang kedua dari Tanah Air.
  • Kementerian Agama memberikan tips menjalankan ibadah sunnah tanpa mengganggu kondisi kesehatan di tengah cuaca ekstrem Arab Saudi.
  • Jemaah diminta tidak memaksakan diri dalam menjalankan ibadah fisik, terutama ke Masjidil Haram, karena nilai ibadah sama di seluruh Makkah.

Makkah, IDN Times - Puluhan ribu jemaah haji secara bertahap telah memasuki Makkah untuk melakukan ibadah umrah wajib. Mereka adalah jemaah gelombang pertama yang sebelumnya di Madinah. Selanjutnya, mulai besok (24/5/2024), jemaah gelombang kedua yang berangkat dari Tanah Air juga akan tiba di Makkah melalui bandara King Abdul Aziz, Jeddah. 

Setelah melakukan umrah wajib, jemaah haji selanjutnya akan menunggu untuk bergeser ke Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah atau 16 Juni untuk menjalani puncak haji di Arafah, yaitu wukuf. Selama masa tunggu lebih dari tiga pekan ini, jemaah akan banyak melaksanakan ibadah sunnah di Makkah.

Kementerian Agama pun memberikan beberapa tips agar jemaah tetap bisa menjalankan ibadah sunnah, tetapi kondisi kesehatan tidak terganggu. Terlebih kondisi cuaca di Arab Saudi cukup ekstrem. Suhu harian di sini bisa mencapai 42 derajat celcius.  

Baca Juga: BI Pastikan Ibadah Haji Tak Ganggu Kebutuhan Valas di Dalam Negeri

1. Menjalankan ibadah jangan sampai melampaui kemampuan fisik

Dear Jemaah Haji, Jangan Maksa Beribadah Sunnah di Masjidil HaramKonsultan Ibadah Kementerian Agama, KH Miftah Faqih. IDN Times/Faiz Nashrillah

Konsultan Ibadah Kementerian Agama, KH Miftah Faqih meminta agar jemaah tetap menjalankan berbagai ibadah sunnah, mulai dari salat, hingga umrah. Namun, ia menekankan bahwa menjalankan ibadah tak boleh memaksakan diri.

Saat ini, kata dia, prioritas utama adalah menjaga kondisi kesehatan. Apalagi, pada puncak haji nanti, fisik jemaah akan benar-benar terkuras.

''Banyak yang memaksakan diri beribadah ke Masjidil Haram. Padahal kondisi fisiknya tidak memungkinkan. Itu justru membahayakan. Ketika ada dua hal yang bertentangan agama dan diri, maka yang didahulukan adalah menjaga diri,'' ujarnya, Kamis (23/5/2024).

2. Sebanyak 80 persen dari ibadah haji adalah gerakan fisik

Dear Jemaah Haji, Jangan Maksa Beribadah Sunnah di Masjidil HaramSuasana Mas'a atau tempat sai. (IDN Times/Faiz Nashrillah)

Menurut Miftah, 80 persen dari haji adalah ibadah fisik. Jemaah diminta untuk bisa mengukur diri. Jangan sampai ambisinya untuk melakukan ibadah justru melampaui kemampuan fisiknya.

''Apakah harus ke Masjidil Haram? Tidak harus, jemaah harus mengukur diri. Apapun yang melampaui kapasitas, apalagi sampai merenggut jiwa, maka itu artinya ia membiarkan dia dalam kehancuran,'' ujarnya. 

Yang perlu dipahami jemaah adalah batas Tanah Suci di Makkah bukan hanya Masjidil Haram. Selama masih Makkah, baik itu di Masjidil Haram maupun di tempat penginapan, nilai ibadahnya sama. ''Tanah haram itu semua Makkah. Bukan Masjidil Haram saja.  Satu kebaikan itu berbanding dengan 100 ribu kebaikan di tempat lain. Perilaku negatif pun berbanding 100 ribu.

Imbauan soal tak memaksakan diri ke Masjidil Haram ini, menurut Miftah juga harus terus disosialisikan, terutama untuk jemaah lansia. Secara agama, lansia yang melakukan ibadah haji punya banyak keringanan. ''Tidak harus menunggu sakit. Misalnya soal Mabit. Itu kan padat banget. Nah, jemaah lansia mau padat atau tidak mereka berhak mendapat keringanan.''

Baca Juga: Melihat Dapur Katering Jemaah Haji di Makkah, Standar Kesehatan Ketat

3. Jemaah akan digeser ke Arafah mulai 9 Dzulhijjah

Dear Jemaah Haji, Jangan Maksa Beribadah Sunnah di Masjidil HaramSuasana Ka'bah, Minggu (19/5/2024). (IDN Times/Faiz Nashrillah)

Seperti diketahui, setelah seluruh jemaah sudah melakukan umrah wajib, mereka akan mulai diberangkatkan ke Arafah untuk menjalankan puncak haji, yaitu Wukuf. Di Arafah, para jemaah akan berkumpul dengan 2,5 juta jemaah lain mulai tanggal 9 Dzulhijjah atau 15 Juni usai dzuhur, sampai terbit matahari pada 10 Dzulhijjah atau 16 Juni.

Kemudian, jemaah haji harus melakukan mabit atau bermalam di Muzdalifah selama semalam hingga tanggal terbitnya matahari di 11 Dzulhijjah atau 17 Juni. Proses ibadah dilanjutkan dengan bermalam di Mina pada tanggal 12 dan 13 Dzulhijjah. Di sana mereka juga akan melakukan lempar jumrah.

Baca Juga: Kemenag Sebut Garuda Gagal Layani Penerbangan Jemaah Haji

Topik:

  • Faiz Nashrillah
  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya