Penderita Gangguan Jiwa Butuh Kepedulian Lebih Besar di Indonesia

Keep calm and stay waras!

Kementrian Kesehatan setiap lima sampai enam tahun selalu melakukan penelitian tentang angka kesehatan masyarakat. Penelitian bernama Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tersebut terakhir dilakukan pada tahun 2013. Termasuk di dalam Riskesdas adalah jumlah pengidap gangguan jiwa berat (skizofrenia).

Penderita Gangguan Jiwa Butuh Kepedulian Lebih Besar di IndonesiaSumber Gambar: medicaldaily.com

Data Riskesdas mengatakan dari 1000 orang penduduk Indonesia, satu atau dua orang diantaranya mengidap skizofrenia. Bila kini jumlah penduduk 250 juta, maka ada sekitar 500.000 orang yang menderita gangguan jiwa berat. Jumlah tersebut sangatlah besar mengingat kini psikolog klinis yang bertugas mengatasi masalah gangguan jiwa di Indonesia hanya ada sekitar 450 orang, 773 psikiater, dan 6.500 perawat.

Menurut WHO, untuk 100.000 penduduk memerlukan tiga sampai empat orang psikolog serta psikiater. Data di atas adalah keterangan dari Dr. Eka Viora Sp. KJ selaku Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementrian Kesehatan RI. Beliau mengatakannya dalam acara workshop Penguatan Peran dan Kurikulum Psikolog di University Center Universitas Gadjah Mada tanggal 2 Februari 2015 lalu.

Jumlah penderita gangguan jiwa berat di atas belumlah apa-apa. Kita juga belum memperhitungkan mereka yang mengalami gangguan jiwa ringan macam cemas dan depresi. Kasus yang berhasil ditemui karena pasien berobat ke fasilitas kesehatan menyentuh angka 14 juta di tahun 2013. Jumlah tersebut diungkapkan oleh Prof. Akmal Taher selaku Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia seperti yang dilansir dari health.liputan6.com.

Penderita Gangguan Jiwa Butuh Kepedulian Lebih Besar di IndonesiaSumber Gambar: beritakaltim.com

Apakah penyebab dari gangguan jiwa? Irwan A. Syambudi selaku reporter dari pers mahasiswa HIMMAH UII Yogyakarta, pernah mewawancarai Nova Riyanti Yusuf untuk menjawabnya. Nova Riyanti Yusuf adalah Ketua Panitia Kerja Rancangan Undang-undang Kesehatan Jiwa, yang sudah disahkan oleh DPR semenjak 8 Juli 2014.

Gangguan jiwa bisa bersumber pada tiga faktor utama; biologis, psikologis, dan sosial. Faktor biologis berwujud kelainan di otak, trauma, kondisi fisik, atau kondisi medis umum hingga timbulnya gangguan jiwa. Faktor kedua, psikologis, penyebabnya bermacam-macam. Namun penyebab utama umumnya adalah pola pengasuhan dan pendidikan dalam kehidupan seseorang.

Faktor yang terakhir adalah kondisi sosial. Kondisi sosial yang bisa menyebabkan gangguan jiwa yang wujudnya bervariasi. Misalnya kondisi ekonomi, tekanan kerja atau keluarga, bencana alam, atau mendadak kehilangan hal yang penting. Contoh paling mudah yang bisa dilihat adalah setelah dilakukan pemilihan kepala daerah ataupun legislatif.

Penderita Gangguan Jiwa Butuh Kepedulian Lebih Besar di IndonesiaSumber Gambar: simomot.files.wordpress.com

Mereka yang telah bertaruh uang banyak, ternyata kalah dan harus membayar utang dana kampanye di luar kemampuannya. Teman-teman akan sering melihat fenomena caleg gila bila sering memperhatikan media. Coba cermati di televisi atau koran setelah momen pemilihan. Selain itu, banyak juga pemberitaan pemasungan anggota keluarga yang dianggap gila di masyarakat. Padahal penanganan seperti itu justru tidak berperikemanusiaan dan justru memperparah keadaan.

Tentu penanganan pasien gangguan jiwa ini membutuhkan perhatian khusus dari psikolog ataupun psikiater. Untuk menjadi psikolog atau psikiater, seseorang perlu berkuliah di magister profesi psikologi pada konsentrasi klinis. Salah satu universitas besar yang membuka perkuliahan tersebut adalah Universitas Gadjah Mada. Pada bulan Juli 2015 kemarin, ada 19 orang psikolog yang diwisuda bersama 12 ilmuwan psikologi. Total alumni pascasarjana psikologi sekarang mencapai 2.158 seperti yang tertulis di laman resmi psikologi UGM.

Penderita Gangguan Jiwa Butuh Kepedulian Lebih Besar di IndonesiaSumber Gambar: breaktime.co.id

Indonesia kini butuh kepedulian yang besar untuk kesehatan jiwa masyarakatnya. Karena itulah kita perlu fasilitas penanganan sakit jiwa di tiap daerah. Tentu saja dilengkapi dengan tenaga perawat yang memadai, psikolog, dan psikiater. Ingat bahwa kita itu manusia bukan robot. Selain tubuh, kita juga punya jiwa yang butuh dijaga kewarasannya.

Keep calm and stay waras, teman-teman IDNtimes!

Topik:

Berita Terkini Lainnya