Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Suhu udara di dataran tinggi antara 17–19°C, terutama di Plaosan dan Panekan. (IDN Times/Riyanto.)

Intinya sih...

  • Fenomena bediding terjadi akibat kemunculan angin timuran

  • Pagi dingin menusuk, siang panas terik di wilayah daratan tinggi dan pegunungan

  • Tidak ada 'selimut alami' yang menahan panas karena langit cerah tanpa awan

Jakarta, IDN Times - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan fenomena bediding bukanlah sesuatu yang berbahaya, namun perlu tetap diwaspadai. 

"(Suhu udara) antara 13 derajat sampai 15 derajat Celsius. Kalau Juli 2025, suhu minimum berkisar 17 derajat sampai 20 derajat Celsius dan maksimalnya antara 26 derajat sampai 28 derajat Celsius," kata Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi (Staklim) Jawa Timur, Linda Firotul, dilansir ANTARA, Selasa (15/7/2025).  

Menurut Linda, fenomena ini diakibatkan kemunculan angin timuran, dan puncaknya akan terjadi pada Agustus.

1. Pagi dan malam dingin menusuk, dan siang panas terik

gambar pendaki kedinginan (unsplash.com/Vitaliy Rigalovsky)

Fenomena bediding adalah kejadian alami yang berkaitan erat dengan situasi atmosfer yang unik pada musim kemarau. Kondisi ini membuat udara saat malam hingga pagi hari terasa begitu dingin, dan akan sangat panas terik saat siang hari.

Sebegaimana dilansir dari Instagram BMKG, beberapa wilayah daratan tinggi dan pegunungan seperti Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi wilayah yang lazim terjadi fenomena bediding.

2. Tidak ada pelindung alami yang menahan panas

Cuaca panas terik di Sumatra Barat (IDN Times/Halbert Caniago)

Kondisi langit cerah tanpa tutupan awan pada skala lokal, memungkinkan adanya pelepasan panas dari permukaan bumi ke atmosfer melalui radiasi lepas dengan mudah.

Selain itu, kelembapan udara yang rendah mengakibatkan tidak adanya 'selimut alami' yang berguna untuk menahan panas. Hal ini menyebabkan suhu semakin dingin dan akan turun drastis menjelang pagi hari.  


3. Dipengaruhi angin monsun timur

ilustrasi angin (unsplash.com/Raychel Sanner)

Angin monsun timur yang berasal dari Australia dan berhembus ke wilayah Indonesia, memengaruhi musim kemarau pada skala regional. Angin yang berembus membawa massa udara dingin dan kering, sehingga membuat suhu semakin dingin, terkhusus di wilayah Indonesia bagian selatan. 

Kondisi perbedaan suhu yang terjadi ini adalah ciri khas musim kemarau. Seiring dengan hal tersebut, fenomena suhu dingin diperkirakan berlangsung hingga September 2025. 


Editorial Team