Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Paslon Bagyo Wahyono-FX Supardjo (Bajo) menunggang kuda untuk mendaftar ke KPU Solo. IDN Times/Larasati Rey
Paslon Bagyo Wahyono-FX Supardjo (Bajo) menunggang kuda untuk mendaftar ke KPU Solo. IDN Times/Larasati Rey

Jakarta, IDN Times - Pengamat politik Rio Prayogo menuturkan munculnya calon-calon independen atau perseorangan dalam Pilkada Serentak 2020 disebabkan oleh dua akar permasalahan. Hal pertama dan terpenting ialah karena mesin kaderisasi partai tidak berjalan dengan baik sehingga tidak dapat melahirkan calon kepala daerah yang dapat mereka usung sendiri.

“Bahwa Parpol ada masalah? Iya. Apa masalahnya besar? Iya juga. Apa itu? Yakni lemahnya kepercayaan diri menyodorkan kadernya ke publik sebagai kandidat. Harusnya ini kemewahan parpol. Stoknya banyak, tapi dianggap kurang memiliki dukungan sosial dan finansial memadai,” kata Direktur Eksekutif Politika Research & Consulting (PRC) itu saat dihubungi IDN Times, Jumat (18/9/2020).

1. Akar masalah kedua adalah syarat ambang batas 20 persen kursi di DPRD

Ilustrasi bendera partai politik (ANTARA FOTO/Ampelsa)

Akar permasalahan kedua adalah salah satu syarat bagi pasangan calon maju dalam pilkada yakni ambang batas pencalonan yang dinilai terlalu besar yakni minimal 20 persen kursi di DPRD. Dengan demikian, menurutnya, para pasangan calon kepala daerah lebih memilih mendaftar melalui jalur independen ketimbang harus bergabung dengan partai politik.

2. Ongkos politik yang mahal tidak ada kaitannya dengan calon independen

Ilustrasi uang (IDN Times/Prayugo Utomo)

Rio mengatakan ongkos politik yang mahal tidak menjadi masalah yang menyebabkan seorang calon memilih menjadi calon independen. Calon kepala daerah memilih independen karena memang tidak ingin bergabung dengan partai politik atau karena tidak mendapatkan rekomendasi dari partai.

"Soal biaya mahal, memang benar. Semua pilkada kita berbiaya mahal. Baik yang lewat parpol maupun jalur independen sama mahalnya. Sebut saja, biaya rekomen bagi yang jalur parpol. Biaya operasional pengumpulan KTP juga tidak murah (bagi calon independen),” ujarnya.

3. Calon independen juga banyak keluar ongkos politik

Pelaksanaan pendaftaran paslon Bagyo Wahyono-FX Supardjo (Bajo) di KPU Solo. IDN Times/Larasati Rey

Justru, menurutnya, calon independen akan lebih banyak mengeluarkan ongkos politik untuk operasional tahapan pilkada mulai dari kampanye hingga proses hitung suara.

"Calon parpol juga membiayai operasional relawan, calon independen juga demikian bahkan lebih besar karena tidak punya struktur seperti partai politik. Belum lagi jika sama-sama sewa konsultan. Jadi, soal biaya mahal tidak ada kaitannya dengan tingginya calon independen,” tuturnya.

Editorial Team