Wapres Minta Masyarakat Pahami Nilai Agama dan Pancasila Tidak Parsial

Agar terciptanya kerukunan bangsa

Jakarta, IDN Times - Wakil Presiden RI, Ma’ruf Amin, menegaskan bahwa Pancasila merupakan dasar dan ideologi negara yang telah menjadi kesepakatan para pendiri bangsa. Namun pada implementasinya, keragaman suku, budaya, dan agama yang ada di Indonesia masih menimbulkan perbedaan pandangan di masyarakat terhadap pengamalan nilai-nilai Pancasila.

Untuk mencegah hal tersebut, kata Ma’ruf, maka sangat penting untuk memahami nilai-nilai yang terkandung di dalam agama dan Pancasila secara menyeluruh sehingga akan tercipta kerukunan bangsa.

1. Wapres minta masyarakat tidak belajar agama dan Pancasila secara parsial

Wapres Minta Masyarakat Pahami Nilai Agama dan Pancasila Tidak ParsialWakil Presiden RI Maruf Amin (Dok. Setwapres RI)

Hal itu disampaikan Wapres dalam acara Simposium Nasional dengan tema “Studi dan Relasi Lintas Agama Berparadigma Pancasila (SIGMA Pancasila) secara daring yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan Civitas Akademika Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin.

“Untuk menjaga agar Pancasila tetap dipahami secara komprehensif maka tidak boleh dipahami secara parsial antara satu sila dengan sila yang lain. Pancasila tidak boleh didorong ke arah pemahaman yang menyimpang seperti sekularisme, liberalisme, atau komunisme,” kata Ma’ruf, Kamis (10/9/2020).

Di sisi lain, menurutnya, agama juga seharusnya dipahami secara moderat dengan tanpa mengorbankan ajaran-ajaran dasar agama dan sebaliknya, bukan pemahaman yang bersifat radikal, ekstrim, atau liberal. 

Baca Juga: Terjaring Razia Masker Pemuda di Kulon Progo Dihukum Ucapkan Pancasila

2. Wapres sebut Pancasila sudah terbukti mampu menjaga kerukunan bangsa

Wapres Minta Masyarakat Pahami Nilai Agama dan Pancasila Tidak ParsialMiniatur Garuda Pancasila itu dibiat dalam berbagai ukuran. Dok/Istimewa

Wapres menjelaskan untuk mendorong pemahaman yang menyeluruh tersebut, perlu ada upaya mewujudkan kehidupan yang rukun dan harmonis beragama, baik dalam kehidupan sosial maupun politik. Sebab, kerukunan merupakan faktor penting penunjang keberhasilan pembangunan nasional.

“Pancasila sudah terbukti mampu menjaga kerukunan seluruh bangsa, sehingga tercipta integrasi nasional. Oleh karena itu, kita harus mampu menangkal berkembangnya paham-paham yang mengancam Pancasila dan persatuan nasional. Padahal persatuan nasional merupakan prasyarat bagi terwujudnya stabilitas nasional, sementara stabilitas nasional merupakan prasyarat bagi kelancaran dan keberhasilan pembangunan nasional,” ujarnya.

3. Ada 4 pendeketan yang bisa dilakukan untuk menciptakan kerukunan bangsa

Wapres Minta Masyarakat Pahami Nilai Agama dan Pancasila Tidak ParsialIDN Times / Hilmansyah

Wapres pun memaparkan empat pendekatan sebagai upaya menghindari konflik dan menciptakan kerukunan tersebut. Pertama, bingkai politik kebangsaan yakni melalui penguatan wawasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang meliputi tiga konsensus, Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila dan Undang-undang Dasar 45.

Kedua bingkai teologis, yakni melalui pengembangan teologi kerukunan, dimana agama tidak dijadikan sebagai faktor pemecah belah, tetapi menjadi faktor pemersatu dengan memperhatikan kondisi obyektif bangsa Indonesia yang majemuk.

“Ketiga bingkai sosiologis, yakni melalui penguatan budaya kearifan lokal, karena setiap daerah atau suku memiliki nilai-nilai budaya yang dianggap sebagai kearifan lokal. Keempat bingkai yuridis, yakni melalui penguatan regulasi tentang kehidupan beragama secara komprehensif dan terintegrasi, baik dalam bentuk Undang-undang maupun peraturan hukum di bawahnya, tuturnya.

Baca Juga: Bahas RUU Haluan Ideologi Pancasila, Ma'ruf Amin Bertemu Ormas Islam

4. Diskusi ini diharapkan dapat memperkuat nilai Pancasila dan agama

Wapres Minta Masyarakat Pahami Nilai Agama dan Pancasila Tidak ParsialWakil Presiden RI Maruf Amin (Dok. Setwapres)

Menutup sambutannya, mantan Rais Aam Nu itu menyampaikan apresiasi kepada Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan Civitas Akademika Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin atas penyelenggaraan simposium ini. Ia berharap agar hasil diskusi ini dapat memperkuat Pancasila sebagai paradigma dalam studi agama-agama di Indonesia.

“Saya merasa gembira dengan tema ini, karena simposium ini berarti akan membahas tentang hubungan Pancasila dan agama, yang keduanya tidak bisa dipisahkan, karena sila pertama Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Simposium Nasional Studi dan Relasi Lintas Agama Berparadigma Pancasila diharapkan dapat memperkuat Pancasila sebagai paradigma dalam studi agama-agama di Indonesia,“ katanya.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya