Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Annisa Rahmawati, Juru Kampanye Hutan Greenpeace, Rully Yuliardi, Juru Kampanye Media Greenpeace. (IDN Times/Lia Hutasoit)
Annisa Rahmawati, Juru Kampanye Hutan Greenpeace, Rully Yuliardi, Juru Kampanye Media Greenpeace. (IDN Times/Lia Hutasoit)

Jakarta, IDN TimesGreenpeace melakukan analisis yang mengungkap bahwa ada perusahaan merek ternama dunia yang berkontribusi dalam perubahan iklim dunia dengan membeli komoditas minyak kepala sawit dari pemasok yang membakar hutan.

"Produk besar memiliki tanggung jawab besar pada pembakar lahan karena membeli sesuatu dari mereka," kata Juru Kampanye Hutan Greenpeace Annisa Rahmawati dalam konferensi pers yang diadakan Greenpeace di Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (5/11).

1. Produk yang kita konsumsi ternyata menyumbang emisi

(Ilustrasi gudang swalayan) IDN Times/ Mela Hapsari

Annisa mengatakan beberapa produk yang sering dikonsumsi di seluruh dunia ternyata berkontribusi pada kerusakan iklim Bumi. Produk tersebut berasal dari perusahaan-perusahaan besar mulai dari produk rambut, sabun, tisu, hingga makanan kecil.

"Perusahaan yang mengklaim sebagai 'juara iklim' seperti UL ternyata terkait dengan emisi gas rumah kaca dari kebakaran lahan gambut,” kata dia.

2. Perusahaan besar diharapkan dapat memutus kerja sama dengan pemasok nakal

Kebakaran hutan dan lahan di Sumsel pada 2019 (Dok. BNPB)

Indonesia merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar keempat di dunia dan sebagian besar aktivitas pembakaran lahan gambut menjadi kontributor utama darurat iklim saat ini, belum lagi masalah deforestasi.

Dengan adanya praktik kontribusi perubahan iklim, Greenpeace Indonesia berharap agar perusahaan besar dan ternama tersebut dapat memutus hubungan dengan semua pedagang dan kelompok pemasok yang justru berkegiatan merusak lingkungan.

Perusahaan besar seperti yang disebutkan Annisa di atas menurutnya memiliki tanggung jawab atas akumulasi gas rumah kaca.

3. Greenpeace minta pemerintah buka data perusahaan yang melakukan pembakaran hutan

Petugas TNI menarik selang air ketika upaya pemadaman bara api yang membakar lahan gambut. (ANTARA FOTO/Rony Muharrman)

Maka dari itu Pemerintah Indonesia diminta untuk lebih transparan dan bisa membuat data konsesi yang terbuka untuk publik. Sehingga deforestasi dan kebakaran hutan yang kini terjadi bisa diketahui siapa dalangnya, karena melibatkan banyak perusahaan besar.

"Selain itu, pemerintah harus menegakkan undang-undang tentang perlindungan gambut, tanggung jawab atas kebakaran, serta moratorium konsesi baru dan kebijakan lain yang berupaya melindungi hutan," kata dia.

Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App, unduh di sini: http://onelink.to/s2mwkb

Editorial Team