Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Annisa Rahmawati, Juru Kampanye Hutan Greenpeace, Rully Yuliardi, Juru Kampanye Media Greenpeace. (IDN Times/Lia Hutasoit)
Annisa Rahmawati, Juru Kampanye Hutan Greenpeace, Rully Yuliardi, Juru Kampanye Media Greenpeace. (IDN Times/Lia Hutasoit)

Jakarta, IDN Times - Greenpeace Indonesia menyoroti frekuensi produksi emisi iklim di Indonesia yang kian waktu semakin meningkat. Salah satunya adalah akibat dari pembakaran lahan gambut yang digunakan guna membuka lahan industri sawit. 

Greenpeace mencatat bahwa industri perkebunan di Indonesia apalagi sektor minyak kelapa sawit memiliki tanggung jawab yang besar pada kebakaran hutan yang melanda 462.000 hektare lahan gambut sepanjang 2015-2019.

Keterlibatan perusahaan besar dalam mendukung perubahan iklim juga menjadi topik yang dibahas Greenpeace, maka dari itu perlu ada solusi yang dirasa memberatkan bagi perusahaan yang memproduksi emisi, seperti pemberian pajak emisi.

1. Berikan pajak emisi pada negara yang dieksploitasi

Petugas TNI menarik selang air ketika upaya pemadaman bara api yang membakar lahan gambut. (ANTARA FOTO/Rony Muharrman)

Juru Kampanye Hutan Greenpeace Annisa Rahmawati menyarankan solusi fiskal untuk membantu pengurangan emisi, dengan memberikan pajak karbon bagi negara yang menerima produk dengan proses eksploitasi.

"Jadi pajak karbon ini diberikan pada industri-industri yang dia bersifat karbon yang tinggi, menghasilkan emisi," kata Annisa dalam konferensi pers Greenpeace mengenai Emisi Iklim di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (5/12).

Hal ini dapat ditetapkan pada negara-negara maju yang menghasilkan karbon tinggi. Nantinya pajak itu akan kembali ke negara yang memproduksi produk dengan menghasilkan emisi karbon ke bumi. Biayanya dapat digunakan untuk mempromosikan dan membiayai konservasi dan restorasi hutan dan gambut serta ekosistem lainnya.

2. Industri sawit dan pulp bakar 40 persen lahan gambut Indonesia

(Dok. IDN Times/Manggala Agni Daops Gowa)

Pasalnya banyak perusahaan besar yang menyumbang banyak emisi perubahan iklim bagi Bumi. Data Greenpeace menyebutkan dari 2015-2018 sektor sawit dan pulp (bubur kertas) membakar setidaknya 40 persen area gambut di Indonesia.

"Itu ada yang dari sawit, hampir separuh dari sawit, ada juga sektor pulp," katanya.

Perusahaan merek global juga ikut berkontribusi dengan membeli minyak sawit dari produsen sawit yang melakukan pembakaran lahan gambut. 

3. Lahan gambut di Indonesia simpan banyak emisi

Ilustrasi (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)

Dia menjelaskan lahan gambut global yang hanya berukuran 3 persen dari luas lahan bumi, menyimpan dua kali lipat karbon dari hutan-hutan dunia. Maka dari itu ketika lahan gambut dibakar dan dirusak akan menyumbang enam persen emisi karbon secara global.

"Sedangkan gambut di Indonesia berdasarkan data resmi 21 juta hektare, nah dia itu menyimpan 57 gigaton karbon," kata Annisa.

Jumlah emisi yang disimpan lahan gambut di Indonesia berjumlah lebih dari empat tahun stok emisi global.

Editorial Team