Jakarta, IDN Times - Kepala Kampanye Global untuk Hutan Indonesia dari Greenpeace, Kiki Taufik, mengatakan tidak tepat kalau menyebut banjir hebat yang terjadi di Pulau Sumatra sebagai bencana alam atau bencana hidrometeorologi. Menurutnya, itu semua disebabkan karena ulah manusia yang membuka kawasan hutan secara besar-besaran.
"Ini yang menyebabkan banjir bandang yang begitu besar. Seandainya hutan tetap terjaga, meskipun curah hujan itu massif dan besar, tetapi masih ada yang mengikat air hujan. Sehingga tidak akan ada banjir yang segini besarnya," ujar Kiki ketika berbincang di program Ngobrol Seru by IDN Times di IDN HQ, Senin 1 Desember 2025.
Ia tak menampik, curah hujan di Pulau Sumatra pada pekan lalu memang tinggi karena ikut terkena Siklon Senyar yang berembus di Selat Malaka. Sehingga yang terkena dampaknya tidak hanya Indonesia, tetapi juga Thailand, Sri Lanka dan Malaysia.
Korban meninggal di Thailand akibat Siklon Senyar mencapai 181 jiwa, korban tewas di Sri Lanka menembus angka 410 jiwa dan di Malaysia terdapat 3 korban tewas. Sementara di Indonesia, korban tewas akibat banjir yang disebabkan Siklon Senyar sudah menembus angka 604 jiwa.
"Siklon ini sangat jarang terjadi dan mungkin baru kali pertama terjadi ke wilayah ekuator. Siklon itu memang ada dan ikut berkontribusi, tetapi paling besar disebabkan krisis iklim. Akibatnya, bencana bisa terjadi tiba-tiba," tutur dia.
