Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Hutan kemenyan di kawasan Tapanuli Utara dijaga kelestariannya melalui kearifan lokal. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Intinya sih...

  • Kebijakan dan regulasi yang berkelanjutan diperlukan untuk meningkatkan potensi hilirisasi kemenyan.

  • Pohon penghasil getah kemenyan cocok tumbuh di iklim tropis Indonesia sepanjang tahun.

  • Gibran Rakabuming Raka menyebut banyak ibu-ibu tak mengetahui parfum LV dan Gucci dibuat dari kemenyan.

Jakarta, IDN Times - Guru Besar bidang Ilmu Biologi Tumbuhan Institut Pertanian Bogor (IPB), Triadiati menilai, keberhasilan hilirisasi kemenyan seperti yang digadang-gadang Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka bergantung pada kebijakan pemerintah.

Triadiati tak memungkiri, kemenyan merupakan salah satu senyawa yang bisa digunakan untuk minyak wangi. Namun, hal tersebut belum menjamin kemenyan dapat menjadi koomoditas hilirisasi yang potensial.

"Potensial tidaknya bergantung pada kebijakan pemerintah, ya. Saya nggak berani bilang potensial kalau tidak disupport oleh segala regulasi, modal, dan kebijakan," kata dia saat dihubungi IDN Times, dikutip Sabtu (19/7/2025).

1. Perlu kebijakan berkelanjutan

Kemenyan pernah menjadi primadona bagi masyarakat Tapanuli Utara. Namun, harganya yang fluktuatif, membuat tidak sedikit petani yang memilih menebangnya dan mengganti dengan tanaman lain. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Tridiati menuturkan, salah satu cara meningkatkan potensi hilirisasi kemenyan ialah dengan membuat kebijakan dan regulasi yang berkelanjutan. Jangan sampai rencana yang dibuat terputus lantaran ganti tonggak estafet kepemimpinan. Dengan begitu, Indonesia bisa memaksimalkan komoditas yang diunggulkan secara jangka panjang.

"Karena pernah terjadi juga ada satu komoditas yang saat 2010 disebutkan potensial, kemudian supportnya, regulasinya tidak berkelanjutan ya akhirnya hilang. Jadi sulit ya, potensi tidaknya itu tidak hanya dari segi, kalau dari segi ilmiah pasti potensi. Tapi kalau mau dikembangkan menjadi suatu keunggulan, ya sekarang komitmen pemerintah bagaimana gitu saja, apamah bisa jangka panjang atau hanya sesaat-sesaat," ucapnya.

2. Pohon yang menghasilkan kemenyan cocok di kondisi tropis Indonesia

Panen Kemenyan di Toba (Antara Foto/Septianda Perdana)

Pohon penghasil getah kemenyan yang merupakan famili Styracaceae genus Styrax ini disebut sangat cocok tumbuh di iklim tropis seperti Indonesia.

"Kalau di tropis itu artinya (getah kemenuan) sepanjang tahun sudah bisa dihasilkan, beda dengan negara subtropis ya. Kita itu sangat diuntungkan area tropis, hujan, kalau areanya memang daerah hujan kan sepanjang tahun ada, musim kering ada," kata Tridiati

"Kan sebenarnya kemenyan itu seperti getah, kan seperti getah karet juga. Kenapa karet di Indonesia itu termasuk terbaik, karena ada di area tropis," sambung dia.

Tridiati lantas berharap wacana yang digaungkan pemerintah tidak hanya sekadar janji saja, namun bisa diimplementasikan jangka panjang. Sehingga potensi komoditas yang ada bisa dimaksimalkan dan jadi unggulan.

"Tinggal sekarang bagaimana mengelola regulasinya, dikawal dengan baik, dan regulasi itu harus harus tetap dikembangkan, jangan ganti pimpinan, ganti interest, kan percuma juga ya. Ganti pimpinan, ganti interest, bilang yang ini bagus, yang sebelumnya dilupakannya. Itulah Indonesia, makanya tidak ada produk yang mendunia sampai jangka panjang. Jadi sebetulnya bukan masalah, potensinya luar biasa macam-macam, tinggal sekarang bagaimana pemerintah membuat regulasi itu, supaya tidak mudah diabaikan oleh penerusnya," imbuhnya.

3. Gibran sempat singgung soal hilirisasi kemenyan

Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka saat memberikan pembekalan kepada 100 Peserta Pendidikan Pemantapan Pimpinan Nasional (P3N) XXV dan 110 Peserta Pendidikan Penyiapan dan Pemantapan Pimpinan Nasional (P4N) LXVIII, di Istana Wakil Presiden, Jakarta Pusat, Senin (14/7/2025) (Dok. Setwapres)

Wakil Presiden (Wapres) RI, Gibran Rakabuming Raka sempat menyebut, banyak ibu-ibu yang tak mengetahui parfum kelas dunia seperti Louis Vuitton (LV) dan Gucci dibuat dari bahan baku, salah satunya kemenyan. Ia mengatakan, selama ini ibu-ibu hanya memakai parfum tersebut tanpa tahu bahan bakunya.

Hal tersebut disampaikan Gibran saat memberikan pembekalan kepada 100 Peserta Pendidikan Pemantapan Pimpinan Nasional (P3N) XXV dan 110 Peserta Pendidikan Penyiapan dan Pemantapan Pimpinan Nasional (P4N) LXVIII, di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan Nomor 7, Jakarta, Senin (14/7/2025).

Awalnya Gibran membahas mengenai pentingnya hilirisasi yang membuat bahan mentah naik harga saat dijual ke pasar. Ia pun mengaku sempat mengunjungi pusat penelitian di Humbang Hasundutan, Sumatra Utara.

Di sana, menurutnya, dia menemukan adanya potensi pada bahan baku menyan untuk dilakukan hilirisasi.

"Saya kapan hari itu ke Humbang Hasundutan membahas di sana ada pusat research. Dan di sana kita menemukan yang namanya kemenyan, saya pernah bicara itu masalah hilirisasi kemenyan," ujar dia.

Gibran pun menyebut, banyak pihak yang menertawakannya saat membahas mengenai hilirisasi kemenyan. Bahkan, ia menuturkan, kemenyan sama berharganya dengan nikel. Keduanya sama-sama punya potensi bernilai tinggi ketika sudah menerapkan hilirisasi.

"Banyak yang ketawa. 'Kemenyan buat dukun'. Salah, kemenyan itu sama berharganya dengan nikel," ungkap dia.

Gibran lantas mengatakan, banyak ibu-ibu yang hanya memakai parfum kelas dunia tanpa mengetahui kemenyan merupakan salah satu bahan baku yang digunakan. Oleh sebab itu, pemerintah mendorong agar program hilirisasi bisa berjalan. Sehingga yang dijual Indonesia di pasar dunia tidak hanya sekadar bahan baku, melainkan barang jadi yang tentunya punya nilai jual lebih tinggi.

"Tapi dari dulu ya, sekali lagi, kita jualnya jual mentah. Ibu-ibu yang pakai parfum LV, Gucci, dan lain-lain itu dari kemenyan. Kita jualnya mentah terus, makanya kita dorong anak muda untuk research. Kita sediakan tempat yang baik untuk research, alat terkini. Hilirisasi, jadi bukan hanya hilirisasi nikel, ada yang namanya hilirisasi kemenyan," ungkap dia.

Editorial Team