Heboh Varian Delmicron Gabungan Delta dan Omicron, Epidemiolog: Hoaks!

Jakarta, IDN Times - Di tengah ancaman varian baru Omicron, publik kembali dikejutkan dengan kabar munculnya varian COVID-19 baru bernama Delmicron yang disebut perpaduan antara varian Delta dan Omicron.
Namun, Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menegaskan informasi kemunculan varian COVID-19 Delmicron adalah hoaks.
"Hoaks itu, gak ada strain Delmicron di GISAID, jadi berita Delmicron itu hoaks. Inilah pentingnya cek info. Perkembangan varian bisa dilihat di GISAID," ujarnya saat dihubungi IDN Times, Minggu (26/12/2021)
1. Tidak ada varian Delmicron
Dicky menerangkan penamaan varian WHO berdasar huruf Yunani dan selain itu, belum ada lagi varian baru juga, dan tidak ada varian Delmicron.
"Kita memang menghadapi dua 3 musuh saat ini, varian delta, varian omicron dan infodemic," ujarnya.
2. Infodemik sudah mengglobal
Sementara Pendiri Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Harry Sufehmi mengatakan saat ini istilah infodemik kini sudah mengglobal karena turut memperburuk situasi dan tidak menolong sama sekali.
Infodemik ini mengarah pada informasi berlebih akan sebuah masalah, sehingga kemunculannya dapat mengganggu usaha pencarian solusi terhadap masalah tersebut.
“Istilah Infodemik itu sudah mengglobal karena turut memperburuk situasi, kita saat ini di situasi pandemik, wabah global, bukan lokal. Infodemik tidak menolong situasi yang parah ini,” jelas Harry dikutip laman resmi Kominfo.
3. Sejumlah media asing mengabarkan adanya varian Demicron
Mengutip Times of India, Delmicron merupakan gabungan dari Delta dan Omicron, varian ini bahkan dianggap sangat menular dan dapat menyebabkan gejala yang parah. Namun, masih memerlukan penelitian lebib lanjut untuk mengetahui karakteristik Delmicron.
Sementara, melansir Deccan Herald, Delmicron bukanlah varian baru dari virus corona seperti Alpha, Beta, dan lainnya. Namun merupakan kombinasi dari dua strain yakni varian Delta dan Omicron.
Delmicron adalah varian ganda dari COVID-19 yang menyebar dengan cepat di AS dan Eropa.