Cerita Investigator KNKT yang Memeriksa Pesawat Sriwijaya Air SJY 182 

Sudut lain dari investigator #SJY182

Jakarta, IDN Times - Sigit Sasono P, salah seorang investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) duduk di salah satu road barrier di Pelabuhan Jakarta International Container Terminal (JICT) II, Jakarta Utara. Ia tengah memegang ponselnya dan mengaitkan earphone ke telinganya.

Dari layar ponselnya tampak dua anak perempuannya menyapa Sigit. Dia sesekali menyimpulkan jari telunjuk dan ibu jarinya membentuk simbol cinta dan menunjukkan ke buah hatinya. Sesekali matanya memandang ke arah pelabuhan, tempat dikumpulkan badan pesawat Sriwijaya Air SJY 182 yang diperiksanya sejak pagi hari.

Sudah empat hari Sigit memeriksa bagian pesawat jenis Boeing 737-500 yang hancur itu. Begitu tim gabungan SAR merapat ke pelabuhan dan melaporkan ke Basarnas, Sigit bersama rekannya segera memeriksa bagian pesawat tersebut.

"Jadi apa yang ditemukan sebisa mungkin kita rekonstruksi di satu tempat, untuk cari yang aneh (dari bagian pesawat)," kata Sigit di sela-sela waktu luangnya kepada IDN Times, Selasa (12/1/2021).

Baca Juga: KNKT: Pesawat Sriwijaya Air SJY 182 Tak Meledak Sebelum Membentur Air

1. Menjadi investigator di KNKT sejak 2008

Cerita Investigator KNKT yang Memeriksa Pesawat Sriwijaya Air SJY 182 Investigator KNKT memeriksa bagian pesawat Sriwijaya Air SJY 182 (IDN Times/Helmi Shemi)

Pengalaman Sigit memeriksa kecelakaan tidak perlu diragukan. Ia sudah bergabung dengan KNKT sejak 2008, ketika masih ada di bawah Kementerian Perhubungan. Pada 2012, KNKT berdiri independen dengan melaporkan langsung kegiatannya ke presiden.

Pada 2012, Sigit pun diharuskan memilih, apakah akan bergabung dengan Kementerian Perhubungan menjadi pegawai negeri sipil (PNS) atau menjadi investigator di KNKT. Dia akhirnya memutuskan memilih menjadi investigator.

Pilihannya menjadi investigator karena pria lulusan Teknik Penerbangan Universitas Suryadarma ini merasa berutang budi, atas apa yang diberikan KNKT selama ini.

"Ada beban moral kalau saya tidak membalas budi kantor tersebut," ucap Sigit.

Sejak bersama KNKT, Sigit telah mendapat banyak kesempatan. Banyak negara di Asia, termasuk Australia, sudah pernah ia kunjungi untuk belajar investigasi kecelakaan besar hingga kecil.

"Saya pernah ke Hong Kong, Malaysia, Singapura, Nepal. Yang bagus dan jelek kita pelajari. Di Laos saya belajar bantu membuat organisasi independen. Swedia juga pernah," ujar dia.

Jauh sebelum di KNKT, Sigit juga telah berpengalaman di bidang teknik. Ia sempat menjadi manajer engineering di salah satu perusahaan yang tidak ingin ia sebut namanya.

2. Berbagai pengalaman menangani kecelakaan besar

Cerita Investigator KNKT yang Memeriksa Pesawat Sriwijaya Air SJY 182 Investigator KNKT memeriksa bagian pesawat Sriwijaya Air SJY 182 (IDN Times/Helmi Shemi)

Sigit sudah malang melintang dalam dunia investigasi kecelakaan, mulai tragedi Sukhoi di Gunung Salak pada 10 Mei 2012; Air Asia QZ8501 rute Surabaya-Singapura yang jatuh di Pangkalan Bun pada 28 Desember 2014; kecelakaan pesawat Merpati Nusantara MA-60 di dekat Bandara Utarom, Kaimana, Papua Barat, pada 7 Mei 2011; jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP di Laut Jawa sebelah utara Karawang, Jawa Barat, pada 28 Oktober 2018; hingga tragedi Sriwijaya Air SJY 182 sekarang ini.

"Semua tidak pernah sama. Tantangan dan menariknya beda-beda. Secara pakem (teknis) sama, tapi ada pengembangan-pengembangan baru yang tidak pernah sama. Tapi dengan pengalaman makin terbiasa," ucap dia.

Namun dari semua kecelakaan yang pernah ia tangani, yang paling membekas diingatannya adalah investigasi pertamanya ketika magang di Australia. Kala itu, ada kecelakaan pesawat penyemprot pupuk di kota kecil di Perth. Sigit, kala itu menemukan bagian paha korban.

"Dan itu pertama kali saya melihat itu," kenangnya.

Bekerja sebagai investigator kecelakaan, membuat Sigit harus siap secara fisik dan mental. Namun kebiasaan dia membersihkan hidungnya seperti ada sesuatu yang menempel, membuat Sigit ditegur mentornya. Alam bawah sadarnya dianggap belum siap.

"Dan kebiasaan itu kata mentor saya masih menempel satu bulan lebih. Meski masih di kantor, saya masih seperti itu. Mentor saya bilang 'Berarti alam bawah sadar kamu tidak siap'," ungkapnya.

Untuk menghilangkan kebiasaannya itu, Sigit lalu menjalani latihan post accident syndrome. Beruntung, kebiasaan tersebut kini hilang.

3. Mencari kejanggalan yang ada untuk direkonstruksi

Cerita Investigator KNKT yang Memeriksa Pesawat Sriwijaya Air SJY 182 Investigator KNKT memeriksa bagian pesawat Sriwijaya Air SJY 182 (IDN Times/Helmi Shemi)

Sigit baru saja pulang dari dinas luar kota, ketika tragedi Sriwijaya Air ini terjadi. Ia baru tiba di rumah Sabtu malam, 9 Desember 2021, dan sudah ada di JICT II pada Minggu pagi.

KNKT langsung merespons tragedi ini setelah mendapat izin dari Basarnas. KNKT bergerak cepat mencari data radar ke Cengkareng, mencari data perawatan pesawat dan lainnya. Semua dikomunikasikan secara cepat melalui email.

"Jadi kami baru gabung Minggu pagi," ujar Sigit.

KNKT juga langsung melaporkan kejadian ini ke Amerika Serikat, sebagai negara pembuat mesin pesawat Boeing 737-500. Laporan ini dikomunikasikan melalui pemerintah ke pemerintah (Goverment to Goverment).

"Kami lapor ke National Transport Safety Board atau KNKT AS. Nanti di sana bentuk tim apa yang kami butuhkan," kata Sigit.

Selama memeriksa bagian pesawat Sriwijaya Air, Sigit berusaha menemukan kejanggalan yang ada untuk direkonstruksi. Sehingga mendapat dokumentasi yang baik untuk dilaporkan.

"Kami rekonstruksi di satu tempat untuk cari yang aneh dan untuk memberi dokumentasi yang baik, dan ketika paparan ke orang yang tidak di tempat, mereka bisa tangkap pemahaman yang sama," ujar pria 44 tahun itu.

Menurut Sigit, seorang investigator punya prinsip yang mirip dengan jurnalis. Hanya saja, investigator memakai 4W dan 1H, bukan 5W dan 1H.

"Yang tidak kita pakai who. Kita tidak cari siapa pelaku, tapi paling apa pekerjaannya, karena kita tidak ingin menyalahkan personal, tapi perbaiki sistem yang salah dan kurang tepat dan menyebabkan seperti ini, agar kemudian tidak terjadi kejadian serupa," pungas pria asal Malang, Jawa Timur itu.

4. Pesawat Sriwijaya Air SJY 182 jatuh di perairan Kepulauan Seribu

Cerita Investigator KNKT yang Memeriksa Pesawat Sriwijaya Air SJY 182 Infografis Pesawat Sriwijaya Air (SJY 182) yang Jatuh pada Sabtu, 9 Januari 2021 (IDN Times/Arief Rahmat)H

Pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJY 182 yang berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta Tangerang menuju Bandara Supadio Pontianak hilang kontak pada Sabtu, 9 Januari 2021 sekitar pukul 14.40 WIB. Diduga, pesawat jatuh di sekitar Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu. 

Pesawat jenis Boeing 737-500 tersebut mengangkut 62 orang, terdiri dari 40 penumpang dewasa, tujuh anak-anak, dan tiga bayi, serta 12 kru pesawat.

Berikut kronologi menurut Kementerian Perhubungan, bersama dengan stakeholder terkait seperti Basarnas, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Angkasa Pura II, Airnav Indonesia, Sriwijaya Air, TNI, dan Polri:

• Pesawat Sriwijaya SJY 182 take off dari Bandara Soekarno Hatta menuju Pontianak pada pukul 14.36 WIB.

• Pada pukul 14.37 WIB melewati 1.700 kaki dan melakukan kontak dengan Jakarta Approach. Pesawat diizinkan naik ke ketinggian 29.000 kaki dengan mengikuti Standard Instrument Departure.

• Pukul 14.40 WIB, Jakarta Approach melihat pesawat Sriwijaya Air tidak ke arah 075 derajat, melainkan ke Barat Laut (North West), oleh karenanya ditanya oleh ATC untuk melaporkan arah pesawat.

• Tidak lama kemudian, dalam hitungan detik, pesawat hilang dari radar. Manajer operasi langsung berkoordinasi dengan Basarnas, Bandara tujuan, dan instansi terkait lainnya.

Bagi keluarga penumpang yang ingin mendapatkan informasi terkait kecelakaan SJY 182, bisa menghubungi hotline Sriwijaya Air di nomor 021 806 37817. Ada juga posko di Terminal 2D kedatangan Bandara Soekarno-Hatta.

Rumah Sakit Polri Kramatjati Jakarta juga membuka saluran khusus insiden jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJY 182 dan layanan psikologi bagi keluarga korban, dengan nomor hotline 0812 3503 9292.

Baca Juga: KNKT Terima Tawaran Singapura Bantu Cari Black Box Sriwijaya Air

https://www.youtube.com/embed/7_3sXNshq4E

Topik:

  • Rochmanudin
  • Bella Manoban

Berita Terkini Lainnya