Ditargetkan Beroperasi Akhir Maret 2019, Berapa Tarif MRT?

Siapa sudah tidak sabar naik MRT?

Jakarta, IDN Times - PT MRT Jakarta kini mulai bersiap melakukan tes integrasi persinyalan di jalur utama, menggunakan kereta pertama pada 9 Agustus mendatang. Ini adalah salah satu langkah pencapaian PT MRT sebelum menargetkan pengoperasian secara komersil pada akhir Maret 2019.

“Sampai saat ini progress-nya sudah 95,33 persen. Data ini baru kami terima 25 Juli pukul 10.00 WIB,” kata Direktur Utama PT MRT Jakarta William Syahbandar di Kantor MRT Jakarta, Thamrin, Jakarta, Kamis (24/7).

Selain melakukan tes persinyalan, PT MRT juga menargetkan beberapa kegiatan perkembangan mereka seperti tes uji pergerakan kereta di jalur utama pada 10 September, ujicoba sistem perkeretaapian secara terintegrasi oleh kontraktor pada 12 November, ujicoba kereta kedua hingga ke-16 di jalur utama pada 8 Desember, hingga ujicoba operasi sistem perkeretaapian oleh MRT Jakarta (Full trial run) pada 15 Februari.

Jika sudah beroperasi nanti, kira-kira berapa tarif yang akan dikenakan kepada penumpang?

1. Usulkan tarif Rp8.500 per 10 Km

Berdasarkan hasil studi PT MRT merekomendasikan tarif MRT sebesar Rp8.500 per 10 Km. Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta Agung Wicaksono mengatakan pihaknya sudah berkomunikasi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta tentang tarif tersebut.

“Kami direksi sudah berkomunikasi dengan Pemprov DKI. Kami mengusulkan besaran tarif berdasarkan survei Rp8.500 untuk 10 Km dan yang kita usulkan berbasis jarak,” kata Agung.

“Tapi keputusan di tangan Pemprov DKI,” imbuhnya. 

2. Mengapa berbasis jarak?

Penetapan tarif berbasis jarak ini dinilai Agung dapat membuat masyarakat beralih menggunakan MRT dan secara umum ke angkutan publik. Formula ini didapat berdasarkan hasil survei PT MRT yang menyatakan 65 persen dari 10.073 koresponden bersedia beralih menggunakan MRT.

“Misal orang dari bundaran Hotel Indonesia ke SCBD, kalau lebih murah daripada ke Lebak Bulus, kalau dia pengen ke SCBD, dia akan lebih tertarik naik MRT daripada naik taksi, karena Kita akan buat tarif yang atraktif untuk jarak dekat. 19,6 persen bersedia bayar lebih dari Rp8.500,” ujarnya.

3. Tarif MRT hasil subsidi dari APBD DKI

Tarif Rp8.500 itu adalah perhitungan setelah PT MRT Jakarta mendapat subsidi dari Pemprov DKI. Jika tidak disubsidi dan menetapkan harga secara nilai ekonomi, William yakin tidak akan ada masyarakat yang mau menggunakan MRT.

“Selalu tiket itu disubsidi. Kalau angkanya Rp8.500 itu tarif willingness to pay masyarakat. Kita gak taruh harga perekonomian. Kalau angka perekonomian pasti lebih besar dari itu. Kalau masyarakat disuruh bayar dengan harga perekonomian gak akan ada yang naik itu, makanya dari situ dikasih harga subsisdi,” jelas William.

“Dan kita ajukan ke kebijakan pemerintah termasuk subsidi dan untuk diputuskan di APBD 2019,” timpal Agung. 

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya