Kisah Si Bajaj Merah, Transportasi Tak Kenal Sein yang Terancam Punah

#HUTJakarta Kini dibeli orang buat pajangan

Jakarta, IDN Times – Selamat datang di ‘kuburan’ bajaj merah, sebuah lokasi di mana kamu akan melihat beberapa unit bajaj merah terabaikan, bahkan beberapa sudah karat dan dalam kondisi yang tidak layak sama sekali.

Cat yang sudah mulai terkelupas, kap yang sudah rusak, jok penumpang yang sudah ada, hingga ban yang tertutup tanah. Tidak jarang ada sarang laba-laba di dalam bajaj itu. Satu bajaj merah bahkan sudah ‘dimakan’ tanaman liar yang merambat hingga ke dalam bajaj itu. 

Kisah si bajaj merah, yang saat berbelok sering dianggap "hanya Tuhan yang tahu" karena tak mengenal lampu sein ini, kini tragis.

1. Bengkel yang berubah jadi kuburan bajaj

IDN Times/Helmi Shemi

Jalan Makmur, Cideng, Jakarta Pusat yang menjadi tempat disingkirkannya bajaj yang tidak terpakai lagi. Dulunya tempat ini merupakan bengkel bajaj merah. Namun sejak pemerintah mulai melakukan peremajaan terhadap bajaj merah dan mengganti dengan bajaj biru atau bajaj bahan bakar gas, banyak bajaj merah kini hanya menjadi onggokan di tempat ini.

“Iya kuburuan bajaj, dulu banyak bajaj merah di sini, sekitar ratusan,” kata mekanik bajaj Ukandi (35) kepada IDN Times, Sabtu (24/3).

Meski demikian dari pantauan IDN Times terlihat ada 1 bajaj merah yang masih mengantar penumpang. Namun supir bajaj itu tidak ingin diwawancara dengan alasan masih harus menjemput penumpang.

“Maaf ya, saya masih harus kejar sewa,” katanya.

2. Dibeli untuk pajangan

IDN Times/Helmi Shemi

Nasib bajaj merah kini hanya menunggu pembeli untuk dijadikan pajangan. Menurut Ukandi, pembeli ada yang berasal dari luar kota seperti Kalimantan dan Jawa Timur. Mereka tertarik menjadikan bajaj merah sebagai pajangan, baik di museum atau tempat makan.

“Ini kebanyakan akan dikirim ke luar kota, di rumah makan. Buat pajangan. Di Kalimantan, Surabaya,” ucap Ukandi.

3. Proses reparasi dengan keuntungan kecil

IDN Times/Helmi Shemi

Ukandi menghitung biaya membeli bangkai bajaj yang disebutnya seharga Rp2 juta dan biaya perbaikan Rp1 juta. Untuk harga jual sendiri Ukandi mengatakan teman-temannya menjual seharga Rp4-5 juta.

“Dibeli tuh bajaj merah, terus dipermak. Kita beli murah, kalau bangkai gini paling Rp2 juta. Entar dimodalin Rp1 juta. Keuntungan paling Rp1 juta,” katanya.

“Ini juga 4 hari lagi diambil semua. Dihabisin buat apa nyempitin-nyempitin Jakarta,” imbuhnya.

Topik:

  • Sugeng Wahyudi

Berita Terkini Lainnya