Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ibadah Jumat Agung di Gereja HKBP Serpong (IDN Times/Lia Hutasoit)
Ibadah Jumat Agung di Gereja HKBP Serpong (IDN Times/Lia Hutasoit)

Intinya sih...

  • HKBP serukan agar gereja tidak berkompromi dengan kepentingan yang bertentangan dengan keadilan dan keutuhan ciptaan Tuhan

  • Data dari Greenpeace menunjukkan luas hutan di Pulau Sumatra hanya tersisa 13 persen, dengan sebagian besar diganti oleh tanaman sawit yang tidak mampu menahan limpahan air.

  • Jumlah korban meninggal dunia di Sumatra Utara tembus 299 jiwa

  • Berdasarkan data BNPB, jumlah korban meninggal dunia akibat banjir Sumatra sudah mencapai 770 jiwa

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) menyampaikan seruan kepada gereja untuk tidak menerima bantuan banjir Sumatra dari individu, kelompok, atau perusahaan/korporasi yang terlibat dalam tindakan perusakan lingkungan. Bahkan, HKBP secara terbuka menyebut salah satu korporasi yang dianggap merusak lingkungan yaitu PT Toba Pulp Lestari (TPL), perusahaan bubur kertas yang didirikan Sukanto Tanoto pada 1983.

"HKBP menyampaikan seruan moral untuk tidak menerima bantuan dari individu, kelompok atau perusahaan atau korporasi, termasuk PT Toba Pulp Lestari (TPL) yang terlibat dalam tindakan perusakan lingkungan, baik melalui pembalakan hutan, penambangan yang ilegal atau tidak beretika. Selain itu, perusahaan yang terlibat alih fungsi kawasan lindung, pencemaran sungai dan tanah maupun praktik lain yang berkontribusi pada terjadinya bencana ekologis, sebaiknya bantuan dari mereka juga tidak diterima," ujar Pendeta Victor Tinambunan dikutip dari situs resmi HKBP, Kamis (4/12/2025).

Ia juga menyebut, bencana ekologis yang menimpa Sumatra Utara, Aceh dan Sumatra Barat bukan peristiwa alami belaka. "Itu juga merupakan buah dari keserakahan, eksploitasi, dan praktik ekonomi yang merusak karya ciptaan Tuhan," kata dia.

1. Gereja tidak akan berkompromi dengan kepentingan yang bertentangan melawan keadilan

Listrik di Sibolga mulai menyala pascabanjir dan longsor di wilayah tersebut (dok.PLN)

Lebih lanjut, Victor juga menyerukan agar gereja tidak berkompromi dengan kepentingan yang bertentangan dengan keadilan dan keutuhan ciptaan Tuhan. HKBP, kata Victor, harus tetap setia menjadi suara kenabian yang tegas melawan praktik yang merusak lingkungan dan kehidupan.

"HKBP konsisten menyerukan agar pemerintah menghentikan izin dan operasi yang merusak ekologi, memperbaiki tata kelola lingkungan serta menegakan hukum secara adil demi kebaikan rakyat dan kelestarian ciptaan," tutur dia.

Ia turut menyerukan agar semua jemaat HKBP tetap berdiri bersama para korban bencana dengan hati yang tulus tanpa kehilangan prinsip moral dan kesaksian gereja.

2. Greenpeace sebut tutupan hutan Sumatra tinggal 13 persen

Kepala Kampanye Global untuk Hutan Indonesia Greenpeace, Kiki Taufik. (Tangkapan layar YouTube IDN Times)

Sementara, data dari Kepala Kampanye Global untuk Hutan Indonesia dari Greenpeace, Kiki Taufik, tutupan hutan di Pulau Sumatra terus tergerus sejak 1990-an hingga 2025. Ia mengutip data dari Kementerian Kehutanan bahwa luas hutan di Pulau Sumatra hanya tinggal 11,6 juta hektare.

"Luas tutupan alami hutan di seluruh Indonesia sekitar 89,5 juta hektare. Dengan sisa 11,6 juta, artinya tersisa tutupan alami sekitar 13 persen," ujar Kiki ketika berbincang di program 'Ngobrol Seru' by IDN Times pada Senin, 1 Desember 2025.

Ia pun sempat berseloroh bila saat ini terbang ke Pulau Sumatra dari atas memang terlihat hutan. Tetapi, tanaman hijau itu bukan hutan melainkan tanaman sawit.

"Sawit ini tidak sama dengan hutan atau pohon alami. Karena dari sisi akar sudah berbeda. Bagaimana sawit bisa tidak sama kemampuannya menyerap air, menahan laju air. Apalagi bila berbicara biodiversitas," tutur dia.

Faktor kedua, jumlah korban jiwa yang ada di Pulau Sumatra lebih tinggi dibandingkan negara lain, karena di Sumatra ada Daerah Aliran Sungai (DAS). Secara geomorfologis, DAS di Pulau Sumatra terus mengecil.

"DAS yang semakin menyempit menyebabkan kerentanannya di bagian hulu terbuka. Area itu terbuka karena sudah tidak ada lagi hutan. Maka, begitu ada hujan, tidak ada lagi yang menahan limpahan air. Meski di bagian tengah masih ada hutan, tetapi tekanan keras dari atas tidak bisa ditahan," katanya.

3. Jumlah korban meninggal dunia di Sumatra Utara tembus 299 jiwa

Dampak kerusakan yang diakibatkan usai terjadi banjir di Sumatra Barat. (Dokumentasi BNPB)

Sementara, berdasarkan data terbaru BNPB pada Rabu (3/12/2025), jumlah korban meninggal dunia akibat banjir Sumatra sudah menembus angka 770 jiwa. Data itu merupakan informasi yang dikumpulkan hingga pukul 17.00 WIB.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menjelaskan, sebanyak 463 jiwa masih dalam pencarian.

"Secara total korban meninggal yang sudah tervalidasi dan terverifikasi, itu 770 jiwa dan korban hilang masih dalam pencarian 463 jiwa," kata dia dalam jumpa pers yang disiarkan dari Aceh.

Adapun korban meninggal terbanyak tercatat di Sumatra Utara (Sumut) dengan jumlah 299 jiwa. Kemudian diikuti Aceh sejumlah 277 jiwa, dan Sumatra Barat (Sumbar) 111 jiwa.

"Untuk Provinsi Aceh per hari ini, korban meninggal 277 jiwa. Sedangkan yang dilaporkan masih hilang dan dalam pencarian itu 193 jiwa," tutur dia.

Editorial Team