Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Tembok gudang milik Suku Dinas Sumber Daya Air (Sudin SDA) Jakarta Selatan di Jalan AUP, Pasar Minggu yang jebol. (www.instagram.com/@warungjurnalis)
Tembok gudang milik Suku Dinas Sumber Daya Air (Sudin SDA) Jakarta Selatan di Jalan AUP, Pasar Minggu yang jebol. (www.instagram.com/@warungjurnalis)

Intinya sih...

  • Tembok gudang milik Suku Dinas Sumber Daya Air (Sudin SDA) Jakarta Selatan jebol akibat luapan air hujan, menerjang permukiman warga.
  • 30 satgas dan dua unit alat berat Sudin SDA dikerahkan untuk membersihkan lumpur dan puing pascabanjir, serta menambal tembok yang bolong.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Tembok gudang sepanjang 7,5 meter milik Suku Dinas Sumber Daya Air (Sudin SDA) Jakarta Selatan di Jalan AUP, Pasar Minggu, jebol pada Rabu (21/5/2025) sore. Hal itu lantaran tembok tersebut tak mampu menahan luapan air saat hujan dengan intensitas tinggi mengguyur area tersebut.

Akibat jebolnya tembok tersebut, luapan air sempat menerjang permukiman warga. Peristiwa itu dikonfirmasi oleh Kasudin SDA Jakarta Selatan, Santo. 

"Benar telah terjadi tembok jebol sepanjang 7,5 meter sehingga menyebabkan limpasan air ke Jalan AUP Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan," ujar Santo di dalam keterangan tertulis. 

Dia juga membenarkan tembok yang jebol merupakan gudang Rawa Minyak milik Dinas SDA.

"Diduga penyebab jebolnya tembok tersebut karena tak mampu menahan beban air yang meluap," ujar dia. 

1. Luapan air sudah surut

Tembok gudang milik Suku Dinas Sumber Daya Air (Sudin SDA) Jakarta Selatan yang jebol.(Dokumentasi BPBD Jakarta)

Santo mengatakan, pihaknya telah melakukan penanganan dengan pembersihan lumpur dan puing pascabanjir. Limpasan air pun sudah mulai surut.

"Untuk kegiatan penanganan pembersihan puing pascabanjir, Sudin SDA Jakarta Selatan mengerahkan 30 satuan tugas dan dua unit alat berat," kata dia,

2. Satgas dari Sudin SDA Jaksel akan perbaiki tembok yang jebol

Ilustrasi genangan air. (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Santo mengatakan, untuk sementara, satgas dari Sudin SDA bakal menambal bagian tembok yang bolong dengan karung pasir yang ditumpuk. Selain itu, area tersebut juga diberi terpal. 

"Perbaikan akan dilakukan dengan memasang kembali tembok panel beton," kata dia. 

3. Indonesia seharusnya sudah memasuki musim kemarau tapi masih diguyur hujan

Ilustrasi air hujan di kaca mobil (pexels.com/Kaique Rocha)

Sementara, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan, awal musim kemarau 2025 dimulai pada Mei dan akan mencapai puncaknya pada Juni dan Juli. Akan tetapi, kendati sudah memasuki musim kemarau, sebagian daerah di Indonesia masih diguyur hujan. Fenomena ini disebut sebagai kemarau basah.

Menurut Ahli Klimatologi di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, ini bukan pertama kalinya kemarau basah terjadi di Indonesia. Erma mengatakan, kemarau basah pernah melanda Indonesia pada tahun 2010. Kala itu, Indonesia terus-menerus diguyur hujan sepanjang tahun, sehingga perbedaan antara musim kemarau dan musim hujan menjadi tidak jelas.

"Kondisi iklim di Indonesia selama sebulan terakhir memiliki kemiripan pola dengan iklim sepuluh tahun lalu saat terjadi kemarau basah, yaitu anomali angin baratan di Indonesia selatan yang dipicu oleh maraknya aktivitas vorteks dan gelombang atmosfer ekuator," ungkapnya lewat akun media sosialnya dan dikutip pada Rabu (21/5/2025). 

Anomali iklim seperti ini tentu merugikan banyak pihak, salah satunya adalah petani. Padahal, musim adalah patokan bagi petani untuk menanam tanaman tertentu. Mereka biasanya menanam padi di musim hujan lalu beralih ke jagung di musim kemarau.

Alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) ini menjelaskan, ada beberapa pola anomali yang menjadi penyebab kemarau basah, seperti:

  • Pola angin monsun barat: Identik dengan musim hujan. Angin ini bersifat basah dan membawa banyak uap air hangat dari Samudra Hindia sehingga meningkatkan kelembapan permukaan dan panas laten yang memicu konveksi penyebab hujan. Monsun barat kemungkinan terjadi karena melemahnya monsun timur yang berasal dari Benua Australia. Selain itu, juga dipengaruhi oleh penguatan monsun musim panas India.
  • Siklon tropis: Bisa menimbulkan gangguan cuaca skala sinoptik, seperti terjadinya hujan deras, bahkan pada musim kemarau sekalipun. Indonesia bisa berperan sebagai pembangkit siklon tropis (tropical cyclogenesis) jika terdapat angin barat yang sangat kuat dari level permukaan hingga ketinggian 200 milibar.

Editorial Team