Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Hujan Mikroplastik di Jakarta Picu Kanker, Warga Diminta Stop Plastik
ilustrasi hujan asam (pexels.com/Aleksandar Pasaric)

Intinya sih...

  • Sumber microplastik ada di sekitar kita, seperti ban mobil hingga pakaian.

  • Sebabkan ancaman kesehatan serius, gangguan hormonal hingga kanker.

  • Solusi mendesak dengan mulai hidup sederhana dan sanksi keras bagi pelaku pencemaran.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bogor, IDN Times Ibu Kota Jakarta dihadapkan pada ancaman pencemaran yang tak terduga, mikroplastik (MP), yang kini ditemukan dalam air hujan. Temuan ini diungkap Guru Besar IPB University, Profesor Etty Riani, yang memicu kekhawatiran serius tentang kualitas lingkungan dan kesehatan warga Jakarta.

Pakar IPB dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) itu menjelaskan, fenomena ini sangat mungkin terjadi, karena partikel nanoplastik yang ringan mudah terangkat ke atmosfer.

Menurut Etty jangan senang dulu melihat air hujan turun di Jakarta. Sebab, hujan yang kita anggap membersihkan udara, ternyata hanyalah medium untuk membawa kembali partikel-partikel mikroplastik yang melayang di atmosfer. Partikel ini sangat kecil, hingga membuat air hujan seolah terlihat bersih.

"Hujan berperan seperti pencuci udara. Mikroplastik yang melayang di atmosfer akan menyatu dengan tetesan air hujan. Karena ukurannya sangat kecil, partikel itu tidak terlihat, sehingga seolah-olah air hujan bersih," ungkap dia dalam keterangannya, dikutip Selasa (21/10/2025).

1. Sumbernya ada di sekitar kita, dari ban mobil sampai pakaian

Deadlock dan macet di Jalan MH Thamrin di tengah long march aksi. (IDN Times/Santi Dewi)

Etty menjelaskan mikroplastik yang terbang ke atmosfer ternyata berasal dari berbagai kegiatan dan benda yang sangat dekat dengan masyarakat sehari-hari. Gesekan ban mobil, sampah plastik kering yang diterbangkan angin, hingga serat pakaian berbahan sintetis, menjadi kontributor utama pencemaran ini.

"Partikel ini bisa berasal dari berbagai sumber di darat seperti gesekan ban mobil, pelapukan sampah plastik yang kering dan terbawa angin, hingga serat pakaian berbahan sintetis," kata dia.

2. Ancaman kesehatan serius, gangguan hormonal hingga kanker

Pasien kanker yang sedang menjalani kemoterapi. (freepik.com/freepik)

Masalah mikroplastik ini bukan hanya isu lingkungan. Etty mengingatkan dalam plastik terdapat bahan aditif berbahaya yang bisa mengancam kesehatan jangka panjang, bahkan memicu penyakit mematikan.

"Plastik bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga kesehatan. Di dalamnya ada bahan aditif berbahaya yang bisa memicu gangguan hormonal dan meningkatkan risiko kanker," kata dia.

3. Mulai hidup sederhana dan sanksi keras

Ilustrasi kemasan botol plastik air putih

Melihat urgensi masalah ini, Etty mendesak kepada pemerintah dan masyarakat agar melakukan perubahan gaya hidup secara drastis. Ia mendorong masyarakat kembali ke alam dan meminimalkan penggunaan plastik, serta pemerintah untuk bergerak cepat dengan sanksi tegas.

"Kita perlu hidup lebih sederhana dan kembali ke alam. Kurangi penggunaan plastik, hindari produk perawatan tubuh yang mengandung mikroplastik, dan biasakan memilah sampah sejak dari rumah," ujarnya.

Etty menambahkan selain perubahan gaya hidup, pemberian sanksi tegas bagi pelanggar kebijakan pengurangan plastik sangat krusial, untuk menekan laju pencemaran di Ibu Kota.

Editorial Team