Jakarta, IDN Times - Hari Raya Idul Adha tidak hanya menjadi moment untuk berkurban sebagaimana perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim dan anaknya, Nabi Ismail, tapi juga menjadi saat untuk mengingat dan meneladani ketaatan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail kepada Tuhan, Sang Maha Pencipta.
Dalam agama Islam, Nabi Ibrahim disebut sebagai bapaknya para nabi. Sebutan ini muncul, karena dari Ibrahim lahir banyak nabi yang menjadi pemimpin umat.
Kisah Nabi Ibrahim tertulis dalam Al-Qur'an. Dia bahkan diberi gelar Khalilullah (Kesayangan Allah). Hal ini tertulis dalam Al-Qur'an Surat An-Nisa ayat 125:
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا ۗ وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا
(Wa man aḥsanu dīnam mim man aslama waj-hahụ lillāhi wa huwa muḥsinuw wattaba'a millata ibrāhīma ḥanīfā, wattakhażallāhu ibrāhīma khalīlā)
Artinya: Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.
Untuk meneladani Nabi Ibrahim, perlu kita tahu bagaimana sejarah Nabi Ibrahim. Berikut kisah Nabi Ibrahim dan pencariannya terhadap Tuhan yang dirangkum IDN Times dari berbagai sumber.