Ilustrasi laboratorium (ANTARA FOTO/Moch Asim)
Sementara, Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Penny K Lukito mengatakan semua komponen untuk pembuatan vaksin Nusantara dengan metode sel dendritik diimpor dari Negeri Paman Sam. Komponen yang diimpor itu antara lain antigen, granulocyte-macrophage colony-stimulating factor (GMSCF), medium pembuatan sel, dan alat-alat untuk persiapan.
Penny mengatakan industri farmasi yang bekerja sama dengan AIVITA Biomedica Inc belum memiliki sarana produksi untuk produk biologi, maka sulit membayangkan vaksin Nusantara bisa dikembangkan dalam waktu cepat di Tanah Air.
"Butuh waktu sekitar 2-5 tahun untuk dikembangkan di Indonesia," ungkap Penny.
"CEO AIVITA Indonesia mengatakan mereka akan mengimpor obat-obatan sebelum produksi di Indonesia," tutur dia lagi.
Peneliti yang melakukan pengembangan vaksin Nusantara di Tanah Air juga didominasi oleh orang asing. Relawan yang diteliti adalah warga Indonesia. "Tetapi, mereka tidak dapat menunjukkan izin penelitian bagi peneliti asing di Indonesia," kata dia.