Cerita dan Fakta di Balik Kerusuhan Mei 2019

Sekelompok massa siap dengan senjata, ada anak di bawah umur

Jakarta, IDN Times - Mengingat kembali peristiwa kerusuhan besar, 21-22 Mei lalu, rasanya seperti mimpi buruk saja. Bermula dari pengumuman hasil rekapitulasi penghitungan suara Pemilu 2019 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI pada Selasa (21/5) dini hari, kerusuhan pecah di sejumlah titik di Ibu Kota. 

Jalan MH Tamrin di Jakarta Pusat, tepatnya di sekitar Mal Sarinah depan Gedung Bawaslu, kini tak lagi terlihat cantik pasca-bersolek saat digunakan untuk menyambut Asian Games 2018 lalu. Penampakannya sedikit lusuh, karena ada beberapa kerusakan akibat kerusuhan yang terjadi di sekitar wilayah itu selama dua hari.

Tidak hanya meninggalkan kerusakan pada sejumlah fasilitas, tragedi berdarah pada 21-22 Mei itu juga menelan delapan korban jiwa dan melukai sekitar 730 orang lainnya.

Baca Juga: Kepolisian Menahan 11 Orang yang Diduga Dalang Kerusuhan 22 Mei

1. Gelombang massa aksi kedua yang memprovokasi polisi

Cerita dan Fakta di Balik Kerusuhan Mei 2019IDN Times/Muhammad Arief Rahmat

Mendapatkan tugas untuk meliput tragedi yang belakangan disebut kerusuhan Mei 2019, tidak pernah terpikir sama sekali di benak saya. Maklum, selama ini saya lebih sering meliput kegiatan-kegiatan olahraga, mulai dari perhelatan kompetisi Liga 1, Piala AFF, Sea Games, sampai ajang mutli event terbesar se-Asia, yakni Asian Games 2018.

Pengalaman ini saya dapatkan ketika secara tak sengaja saya bersama dua kawan lainnya yakni Isidorus Rio Turangga (Rio) dan Ashari Arief Permadi, mendapatkan mandat untuk mengganti shift teman lain yang sedang bertugas meliput gelombang aksi massa yang tak terima dengan hasil rekapitulasi penghitungan suara KPU di depan Gedung Bawaslu, pada Selasa (21/5) malam.

Sebetulnya tak ada firasat apapun mengenai malam panjang paling mendebarkan itu. Sebab, sebagian besar massa aksi damai yang sudah menyuarakan haknya mulai membubarkan diri setelah menggelar Salat Terawih bersama. Seingat Saya, kerumunan tersebut berangsur menyusut hingga pukul 21.00 WIB.

Seiring jalanan yang berangsur normal, sebagian massa tiba-tiba berdatangan kembali dan menyemut di depan Bawaslu. Petugas kepolisian pun tetap berjaga waspada. Hanya terdengar pekik komando dari mobil Pengurai Massa (Raisa) yang memohon peserta aksi untuk segera membubarkan diri, karena sudah melewati batas waktu demonstrasi yang telah ditetapkan.

Dengan pagar kawat berduri dan susunan beton yang jadi barikade, massa aksi yang berjumlah hampir 300-an orang itu tak bergeming dan memilih bertahan di sekitar Gedung Bawaslu. Mereka terus memprovokasi petugas keamanan dengan beberapa umpatan hingga kericuhan di depan Sarinah pun tak bisa terelakkan.

"Polisi antek pemerintah!"

"Kalian dibayar rakyat, dasar kafir!" teriak peserta aksi bersahutan.

Tak sedikit di antara mereka yang melontarkan kata-kata kasar dan umpatan yang tak pantas diucapkan.

2. Diancam untuk tidak mengambil gambar penangkapan provokator massa aksi

Cerita dan Fakta di Balik Kerusuhan Mei 2019IDN Times/Margith Juita Damanik

Ketika kerusuhan di depan Gedung Bawaslu meletus, saya terpisah dari Rio dan Arief serta rombongan jurnalis lain yang meliput, karena kebetulan saya sedang mengabadikan gambar kerumunan massa.

Tanpa sadar, saya terjebak bersama peserta aksi yang lari tunggang-langgang karena dikejar petugas keamanan. Beruntung beberapa momen masih bisa saya abadikan dengan gawai pribadi yang dipegang sepanjang liputan.

Terlihat beberapa orang yang diamankan mendapat tindakan represif dari petugas keamanan, tepat di jalan depan Gedung Sarinah. Bahkan di antaranya harus mendapatkan bogem mentah di bagian wajah atau bagian tubuh lainnya.

Saya keder, lantaran baru ingat tas dan seluruh isi perlengkapan yang dibutuhkan tertinggal di pedestrian dekat kedai kopi Starbuck di kawasan sarinah, Thamrin. Saya baru sadar juga jika yang saya bawa hanya ID Pers yang menggantung di leher dan dua gawai yang digunakan untuk meliput.

Pada kerusuhan pertama, saya hampir menjadi sasaran amuk petugas keamanan yang silap mata. Seseorang berseragam hitam lengkap dengan helm, baju pelindung, tameng, dan tongkat sempat membentak saya untuk segera mematikan gawai yang digunakan untuk merekam momen kerusuhan tersebut.

"Kamu matikan itu HP-nya (handphone). Jangan rekam lagi nanti kena kamu," kata seorang polisi berseragam hitam saat menghampiri saya sambil mengacungkan tongkatnya bak orang mengancam.

Terang saja hal itu membuat saya terhenyak. Perasaan tegang pun melanda. Maklum, saya belum tahu cara menghadapi aparat keamanan dan demonstran yang marah dan gelisah. Urusan meliput kerusuhan besar seperti ini masih baru bagi saya. Paling banter, sebelumnya saya hanya liputan laga panas di kompetisi Indonesia yang berakhir ricuh antar suporter.

3. Negosiasi polisi dan seorang Habib, massa aksi mengingkari kesepakatan

Cerita dan Fakta di Balik Kerusuhan Mei 2019IDN Times/Isidorus Rio

Kejadian tersebut berlangsung singkat, sebab beberapa aparat keamanan berhasil memukul mundur massa yang ricuh ke Jalan Wahid Hasyim menuju Tanah Abang, dan Jalan Sabang arah Kebon Kacang. Hal itu berbuntut panjang lantaran massa aksi tersulut emosinya karena menganggap pihak kemanan berlebihan.

Kerusuhan selanjutnya terjadi pukul 00.00 WIB, hal itu membuat suasana semakin mencekam. Ratusan massa aksi enggan membubarkan diri lantaran beberapa teman mereka telah diamankan oleh kepolisian saat peristiwa pertama berlangsung, karena dianggap sebagai provokator.

Di waktu tersebut, secara kebetulan saya kembali bertemu Rio dan Arief yang sebelumnya sempat terpisah. Saya bisa sedikit lebih tenang, karena tas saya berhasil diselamatkan Rio. 

Sementara, jumlah massa semakin berlipat tatkala beberapa puluh orang kembali berdatangan dari arah Jalan KH Mas Mansyur. Entah dari mana asalnya, yang pasti mereka langsung guyub dengan massa yang sudah lebih dahulu bertahan di Jalan Wahid Hasyim.

Negosiasi pun dilakukan kepolisian dengan salah satu perwakilan massa aksi yang mengaku bernama Habib Fadli Alaydrus. Ia meminta polisi untuk menahan diri dan meminta melepas sejumlah orang yang telah ditangkap. Ia pun berjanji akan membubarkan diri bersama massa aksi lainnya, jika keinginan itu dikabulkan polisi.

Polisi akhirnya menuruti permintaan massa aksi demi menjaga suasana tetap kondusif. Namun, setelah beberapa peserta aksi dibebaskan oleh polisi, massa ternyata tetap bertahan dan terlihat makin tak terkendali di sepanjang Jalan Wahid Hasyim menuju Tanah Abang.

4. Negosiasi kedua yang berujung nihil

Cerita dan Fakta di Balik Kerusuhan Mei 2019IDN Times/Ilyas Listianto Mujib

Mereka seolah tak puas dengan hasil negosiasi yang dilakukan. Di sisi lain, massa yang ada di belakang sang Habib juga tak mau menggubris peringatan yang sudah diberikan polisi. Tak pelak, massa aksi yang berkeras itu akhirnya ditindak tegas oleh petugas menggunakan tembakkan gas air mata, saat waktu menunjukkan pukul 00.45 WIB.

"Mundur, mundur.. pulang ke rumah. Masyarakat kembali ke keluarga
masing-masing, kita ini bersaudara" ujar polisi melalui pengeras suara. Namun, seruan itu tak sedikit pun mempengaruhi massa. Mereka justru semakin berani melawan polisi dengan melempari batu.

Saya yang berada di barisan terdepan, atau hanya dua satu setengah meter dari algojo penembak gas air mata, langsung merasakan dampaknya. Mata dan hidung yang sebelumnya normal-normal saja terasa perih, karena pengaruh gas air mata.

Untungnya saya bisa lebih tenang menghadapi gas air mata yang ditembakkan dan memenuhi ruang udara. Sebab, saya sudah lebih dulu mengoleskan pasta gigi di area sekitar mata. Cara ini sering saya lakukan ketika meliput pertandingan sepak bola yang ricuh.

Di tengah suasana yang memanas, seorang perwakilan massa yang dianggap sebagai tokoh masyarakat sekitar kembali diutus untuk bernegosiasi dengan polisi. Mereka ingin polisi melepas orang-orang yang diamankan. Tapi, hasilnya nihil. Sebab, polisi merasa sudah mengamankan orang-orang yang tepat.

"Yang kami tangkap adalah yang melakukan provokasi, melakukan perusakan. Jika tidak bersalah tentu kami lepas," terang salah satu polisi. Hal itu semakin memantik perusuh yang tak terima sehingga mereka melempari batu dan petasan ke arah aparat kepolisian.

5. Kelompok massa misterius yang datang di malam hari siap dengan aneka senjata untuk melawan petugas

Cerita dan Fakta di Balik Kerusuhan Mei 2019IDN Times/Prayugo Utomo

Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Harry Kurniawan, yang memimpin pembubaran massa aksi mengungkapkan, peserta aksi yang datang pada malam hari, berbeda dengan massa yang melakukan demonstrasi pada siang hari di Bawaslu.

"Mereka berbeda dengan peserta aksi yang siang, kali ini mereka sengaja melakukan provokasi untuk rusuh," ujar Harry di depan Gedung Bawaslu.

Keadaan tersebut semakin bergolak, lantaran setelah hari berganti, tepatnya pada Rabu (22/5) pukul 02.00 WIB dini hari, muncul lagi kelompok orang yang datang menuju ke arah Jalan Wahid Hasyim. Mereka semua datang dari arah yang sama, yakni Jalan KH Mas Mansyur, pertigaan Tanah Abang. Seolah sudah menyiapkan diri, mereka langsung menghujani polisi dengan batu, pecahan beling, plus bom molotov yang entah dari mana asalnya.

Melihat situasi semakin tak kondusif karena perusuh terus melawan polisi, personel Brimob dengan kendaraan roda dua dan membawa senjata laras panjang pun bersiap mengejar demonstran yang sudah semakin sulit untuk diatur. Bahkan, peringatan pun terdengar dari mobil Pengurai Massa (Raisa) agar demonstran segera membubarkan diri.

"Ini peringatan berikutnya, saya minta bubar karena kami akan menggunakan peluru," terdengar keras suara komando dari mobil Raisa. Tapi, peringatan itu hanya disambut tarian dari perusuh di garis terdepan yang terlihat seperti sekelompok anak di bawah umur.

Hingga memasuki waktu sahur, bentrok antara polisi dan sejumlah massa pun belum mereda. Tensinya masih tinggi, walau sejumlah perusuh memilih mundur.

6. Kerusuhan melebar hingga ke Petamburan

Cerita dan Fakta di Balik Kerusuhan Mei 2019IDN Times/Helmi Shemi

Di tengah bentrokan, saya pun memilih mundur, kembali menuju ke arah Bawaslu karena sudah merasa capek. Saya kembali bersua dengan Rio dan Arief yang terpisah saat bentrok lanjutan berlangsung. Keduanya sedang duduk sambil menenggak air mineral yang dibeli dari pedagang dadakan.

Tapi ketika saya, Arief, dan Rio sedang beristirahat sejenak, tiba-tiba kami dikagetkan kabar yang menyebut kerusuhan melebar sampai Petamburan, Tanah Abang. Salah satu rekan jurnalis, Ricky Prayoga, mengabarkan kepada saya bahwa Asrama Brimob di Jalan KS Tubun dibakar perusuh yang marah dengan tindakan represif polisi.

"Yas, Asrama Brimob di Petamburan kabarnya dibakar oleh perusuh, saya geser untuk mengecek ke sana," ujar dia dengan wajah letih karena terus memberikan informasi terbaru.

Sepanjang malam kami habiskan di jalanan, membuat badan terasa lelah. Saya, Arief, dan Rio memutuskan pulang ke kantor sekitar pukul 06.00 WIB, untuk beristirahat. Liputan demonstrasi berlanjut dengan digantikan oleh teman yang shift pagi untuk terus memantau perkembangan situasi di beberapa titik.

Sementara, kabar tak kalah mengejutkan beredar pada pagi hari di beberapa grup jurnalis. Ternyata, bentrok antara polisi dan perusuh menimbulkan jatuhnya korban Jiwa.

Tak pelak, selama di kantor, kami terus melakukan koordinasi dengan sejawat lain. Sambil memperhatikan layar televisi berukuran 40 inci di ruang redaksi untuk mengetahui kondisi terkini, kami juga terus berkomunikasi dengan teman-teman di lapangan. Di atas gedung kantor kami, terlihat beberapa helikopter hilir mudik  mengarah ke daerah Petamburan dan Slipi yang menjadi lokasi bentrok.

7. Polisi berhasil memukul mundur massa dan mengamankan satu provokator

Cerita dan Fakta di Balik Kerusuhan Mei 2019IDN Times/ Muhammad Arief Rahmat

Singkat cerita, waktu pun berganti sore hari, kami bertiga kembali bersiap untuk bergantian shift dengan rekan-rekan lain yang sejak pagi berada di kawasan Petamburan, Slipi, dan Jalan MH Tamrin. Kami berangkat bersama diantar taksi online menembus blokade-blokade jalan untuk kembali menuju depan Gedung Bawaslu.

Saya ingat, bersama Arief dan Rio, kami harus turun sebelum sampai tujuan karena tak bisa melanjutkan perjalanan dengan mobil. Kami pun merayap melalui Bunderan Hotel Indonesia yang sudah dijaga ketat petugas keamanan. Kepulan asap, kelap-kelip cerwat di langit, dentuman petasan, dan gas air mata menyambut kedatangan kami di sekitar Gedung Bawaslu.

Sesampainya di depan Sarinah, keadaan pun sudah tak karuan. Aksi yang awalnya berlangsung damai pada siang hari, berubah kembali menjadi ricuh saat memasuki waktu malam. Entah siapa yang memulai, perusuh kembali melempar batu-batu berukuran besar ke arah polisi yang mayoritas diisi Brimob.

Beruntung di hari kedua ini saya sudah melakukan persiapan maksimal dengan membawa masker dan pasta gigi, dan beberapa perlengkapan lain untuk meminimalisir risiko yang kemungkinan terjadi saat menjalankan tugas.

Akhirnya, petugas kepolisian berhasil menguasai perempatan sekitar Gedung Bawaslu, Jalan MH Tamrin sekitar pukul 22.10 WIB. Massa yang semula melakukan tindakan anarkis berhasil dipukul mundur oleh aparat keamanan.

Polisi mampu mengepung dari berbagai sudut, mulai dari arah Patung Kuda, lalu Jalan Wahid Hasyim, sehingga massa berlari ke Jalan Sabang. Dalam aksi tersebut, pihak keamanan berhasil mengamankan satu orang provokator yang melakukan tindakan anarkis. Orang tersebut pun langsung diamankan ke dalam Gedung Bawaslu.

8. Belasan orang berkepala pelontos dan bersenjata diamankan dari ruangan keamanan dekat Gedung Sarinah

Cerita dan Fakta di Balik Kerusuhan Mei 2019IDN Times/Ilyas Listianto Mujib

Setelah perempatan dekat Gedung Bawaslu berhasil diambil alih polisi, saya pun mencoba rehat sejenak bersama karib saya yang bekerja untuk media online lain, Egy, dan beberapa pasukan Brimob sambil duduk dekat pos polisi. Tak sampai 10 menit, kepanikan terjadi tatkala Sabara kocar-kacir berlarian ke tempat aman.

Saya heran, kenapa demikian? ternyata ada seorang perempuan bercadar dengan pakaian serba hitam menggunakan ransel menuju kerumunan polisi. Ia terlihat mencurigakan karena ada kabel misterius yang tersemat di tasnya. Namun, polisi berhasil menjauhkan perempuan itu dengan gas air mata.

"Saya peringatkan untuk ibu berbaju hitam untuk jangan mendekat. Atau kami akan tembak Anda, sekali lagi, satu.. dua.. tiga!" ujar suara yang terdengar lewat pengeras suara dari mobil Raisa, diikuti beberapa kali tembakan gas air mata yang mengarah kepada wanita bercadar tersebut, hingga membuatnya berjalan kembali ke arah Jalan MH Tamrin menuju Wisma Mandiri.

Sedangkan, massa yang sebagian berkumpul di Jalan Sabang masih tetap melakukan perlawanan dengan melempari petugas menggunakan batu, petasan, hingga bom molotov. Sehingga, suasana mencekam pun masih terasa di kawasan Gedung Bawaslu sampai tengah malam.

Tak patah arang, petugas kepolisian terus berusaha menghalau pelaku. Alhasil, enam provokator pun bisa diamankan oleh petugas Brimob dari dalam warnet di pinggir halaman Kantor Agraria dan Tata Ruang, Badan Pertanahan Nasional, dekat perempatan Jalan H. Agus Salim.

Ironisnya, beberapa pelaku terlihat masih berusia di bawah umur. Berdasarkan pantauan IDN Times, jika dilihat secara seksama, beberapa pelaku usianya mungkin belum mencapai usia 17 tahun. Hal itu pun diamini oleh salah satu personel Brimob yang berusaha meringkusnya. Menurut dia, banyak pelaku yang ditangkap masih di bawah umur.

"Ya begitu, kami lihat masih kecil-kecil. Ini bukan lawan," katanya, seakan tak percaya karena tak sedikit anak-anak di bawah umur yang malah ikut menjadi perusuh.

Tak berselang lama, polisi tak berseragam juga mampu meringkus sekitar belasan orang berkepala pelontos dengan beberapa senjata yang diamankan. Mereka kedapatan bersembunyi di ruangan keamanan dekat Gedung Sarinah. Tentu itu jadi pertanyaan besar, sebab tempat tersebut sudah masuk area steril kepolisian dan dijaga keamanan gedung.

Wajar jika beberapa pihak beranggapan ada kemungkinan mereka dibantu oleh beberapa orang yang memiliki akses ke area tersebut. Maklum tak sembarang orang bisa seenaknya hilir mudik masuk ke beberapa tempat itu. Apalagi, petugas kepolisian melakukan pengawasan tak jauh dari situ.

9. Perusuh sempat mengintimidasi jurnalis

Cerita dan Fakta di Balik Kerusuhan Mei 2019IDN Times/Ilyas Listianto Mujib

Setelahnya, tersiar kabar bahwa ada kerusuhan lanjutan di perempatan Jalan Sabang. Saat saya mendekat, ternyata api sudah berkobar. Saya pun langsung mengambil beberapa video dan foto.

"Ruko itu dibakar dan dijarah oleh perusuh. Kami akan coba untuk padamkan," kata seorang Brimob sambil meminta rekannya segera menyiapkan water cannon.

Saat memasuki pukul 02.00 WIB, keadaan lebih terkendali. Massa yang berada di Jalan Sabang sudah tak lagi melakukan serangan ke arah Brimob yang membentuk barikade. Mereka tak lagi melakukan tindakan anarkis, dan hanya sesekali berteriak dengan lantang.

"Ganti, ganti, ganti Jokowi, ganti Jokowi sekarang juga," pekik puluhan orang yang menunggu di depan Jalan Agus Salim sambil membakar sampah dan beberapa ban bekas.

Melihat keadaan sudah lebih tenang, rekan saya, Felix Nathaniel, berinisiatif mengajak saya untuk maju ke depan mendekati kerumunan massa tersebut. Tanpa berpikir panjang, kami berdua pun terus melangkah ke arah mereka. Tapi, kelompok massa itu malah mengintimidasi kami berdua yang coba meliput.

"Kenapa kalian ke sini, dasar media kepo. Kalian jurnalis bayaran," ujar orang-orang tersebut dengan kompak. Tak hanya di situ, mereka juga mengancam keselamatan kami jika kami berdua tetap keukeuh bertahan.

Demi keselamatan, kami akhirnya kembali ke perempatan Jalan MH Tamrin. Saya kembali menemui Rio dan Arief yang tengah sibuk mengirim laporan ke kantor sambil duduk di jalan yang biasanya digunakan untuk jalur Trans Jakarta. Kami bertiga pun kembali ke kantor usai azan subuh karena menganggap suasana sudah kondusif.

Kerusuhan yang terjadi kurang lebih dua hari tersebut tentu menimbulkan tanya. Sebab, agak mengherankan melihat gelombang perusuh yang datang belakangan. Di tambah, adanya beberapa anak di bawah umur yang terlibat di dalamnya.

Pihak kepolisian pun sudah bertindak cepat. Hingga Minggu (26/5), tercatat sudah sekitar 450 orang lebih berhasil diamankan. Namun, masih belum ada detail mengenai peran mereka-mereka yang disinyalir kebanyakan adalah massa bayaran pihak tertentu, karena masih dalam proses penyelidikan.

Lebih jauh, rasa syukur tentu langsung saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena masih memberikan saya keselamatan saat menjalankan tugas berat tersebut. Dan, berdoa dalam hati agar kejadian seperti malam itu tak lagi terjadi di Tanah Air.

Baca Juga: Kerusuhan 22 Mei, 4 Tokoh Nasional Jadi Target Pembunuhan

Topik:

  • Ilyas Listianto Mujib
  • Sunariyah
  • Elfida

Berita Terkini Lainnya