Grafolog Bongkar Motif Aksi Terorisme ZA Melalui Tulisan Wasiat
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Laiknya pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, pelaku penyerangan Mabes Polri berinisial ZA (25), juga meninggalkan surat wasiat dengan tulisan tangan.
Melalui surat tersebut, ia menyampaikan beberapa pesan dan permohonan maaf kepada kedua orang tuanya.
Menyoroti surat wasiat tersebut, Pakar Grafolog, Deborah Dewi mengungkapkan analisisnya. Menurut dia, tulisan manual terduga teroris menjadi dasar yang bisa digali terutama soal pemicu dari sisi profil.
1. Tak ada dorongan "jihad"
Deborah menyebut, indikator grafis di dalam sampel tulisan tangan ZA, tak menunjukkan dorongan spiritual yang kuat untuk mengeksekusi “jihad.” Dorongan utama adalah kemarahan atas status sosial (non material) yang melekat pada dirinya
“Dari semua indikator grafis yang terdapat dalam sampel tulisan tangan ZA, sisi frustasi yang bersangkutan tak berkaitan dengan aspek spiritual ataupun material, melainkan tidak diperolehnya penghargaan sosial yang dia inginkan dalam kehidupan bermasyarakatnya,” ujar Deborah kepada IDN Times, Kamis (1/4/2021).
Baca Juga: [BREAKING] Begini Isi Surat Wasiat Pelaku Teror di Mabes Polri untuk Keluarganya
2. Terduga teroris ZA menulis wasiat dengan penuh kecemasan dan ketakutan
Berbicara mengenai kepribadian yang dianalisis melalui tulisan tangan tersebut, Deborah menyebut, pelaku ZA dinaungi rasa tidak aman dalam hidupnya.
“Di tulisan tangan Zaskia terdapat 3 indikator grafis yang menunjukkan bahwa kondisinya ketika menulis surat wasiat tersebut penuh dengan kecemasan dan ketakutan,” bebernya.
Editor’s picks
Menilik apa yang sudah ditulisnya, Deborah berpendapat semua indikator grafis yang terdapat dalam sampel tulisan tangan menggambarkan, apa yang ditulisa pelaku bertolak belakang dengan komunikasi verbal yang disampaikan seolah penuh dengan keyakinan.
3. Memahami diri sendiri untuk menghindari paparan radikalisme
Menariknya, hasil analisis Deborah menunjukkan semua indikator grafis yang dikumpulkan secara komprehensif, dapat dianalogikan sederhana seperti asimilasi spektrum warna.
Deborah menyebut jika proses seseorang bisa menjadi eksekutor teroris tidak berlangsung instan. Tentu proses ini bisa digagalkan. Solusi awal adalah meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri dan orang-orang yang Anda kasihi untuk menghindari paparan radikalisme yang menyesatkan.
“Beberapa indikator grafis yang terdapat pada sampel tulisan tangan eksekutor terorisme bukan tidak mungkin terdapat pada diri kita sendiri, atau keluarga kita suatu hari nanti ketika fase kehidupan sedang tidak baik-baik saja,” katanya.
“Namun yang terpenting adalah kita menyadari bahwa rasa tidak aman, cemas, kurang percaya diri semuanya itu normal dan bisa diatasi dengan intervensi perilaku yang tepat, lanjut Deborah.
4. Melakukan aksi penyerangan di Mabes Polri sendirian
Seperti Diketahui, ZA melakukan penyerangan di Mabes Polri pada Rabu, 31 Maret 2021. Dalam aksinya, dia masuk ke lokasi melalui jalur pejalan kaki di bagian belakang Mabes Polri.
Sempat menanyakan lokasi kantor pos, petugas lantas memberi layanan dan mengantarnya. Tepat pada pukul 16.30 WIB pelaku menyerang petugas, sehingga terjadi kontak tembak di pos gerbang utama Mabes Polri.
ZA sempat melepaskan lima tembakan ke petugas. Namun, pelaku yang melakukan aksinya sendirian akhirnya dilumpuhkan petugas hingga tewas.
Baca Juga: Disebut dalam Surat Wasiat Terduga Teroris Mabes Polri, Ini Kata Ahok