IMS 2020: 5 Fakta Angkie Yudistia, Stafsus Jokowi Penyandang Tunarungu

Jakarta, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo memilih Angkie Yudistia sebagai juru bicara presiden di bidang sosial. Angkie diangkat bersama staf khusus presiden dari kalangan millennial lainnya.
Sosok Angkie dinilai sebagai pribadi yang menginspirasi. Berstatus sebagai penyandang tunarungu, Angkie menjadikan batasan dalam dirinya sebagai jalan menuju prestasi tanpa batas. Berikut fakta-fakta menarik tentang sosok Angkie Yudistia:
1. Kehilangan pendengaran di usia 10 tahun
Perempuan kelahiran 5 Mei 1987 ini kehilangan pendengarannya di usia 10 tahun, usai mengalami demam tinggi dan malaria.
Kedua penyakit itu diduga menjadi penyebab Angkie kehilangan indera pendengarannya. Dalam masa penyesuaian dirinya yang tak lagi dapat mendengar sempurna, Angkie remaja sempat merasa minder karena merasa berbeda dibanding anak seusianya.
Beruntung keluarga Angkie terus mendukungnya. Masa-masa sulit beradaptasi dengan kondisi baru dilewati Angkie bersama keluarga. Dia bahkan kini dapat memotivasi penyandang tunarungu lainnya agar semangat menjalani hari-hari mereka.
2. Sukses raih gelar magister 10 tahun lalu
Sosok Angkie juga dikenal sebagai orang yang gigih berjuang dalam menjalani pendidikannya. Dengan keterbatasan yang dimilikinya, Angkie justru sukses membuktikan dia bisa meraih prestasi tanpa batasan.
Angkie menempuh pendidikan di The London School of Public Relations dengan jurusan periklanan pada 2005-2009 lalu. Pada 2010, dia mengantongi gelar magister dari universitas yang sama.
Tak hanya secara akademis, secara non-akademis pun Angkie juga berprestasi. Dia lolos hingga tahap final dalam ajang pemilihan Abang None Jakarta 2008 lalu.
Pada 2011, Angkie mengeluarkan buku berjudul "Perempuan Tunarungu Menembus Batas."
3. Sempat diragukan di sejumlah tempat bekerja
Tidak semua perusahaan langsung percaya dengan kemampuan para pekerja disabilitas. Hal ini disadari betul oleh Angkie dan menjadi salah satu isu yang paling diperhatikannya.
Angkie mengaku bersyukur sempat bekerja sebelum akhirnya membangun usaha sendiri. Namun, dia mendapati banyak komunitas disabilitas yang kesulitan mendapatkan pekerjaan.
Melihat fenomena itu, Angkie memutuskan untuk bergerak membuat perubahan.
4. Pendiri Thisable Enterprise tahun 2011
Tahun 2011, menjadi bagian dari langkahnya berjuang membuat perubahan, Angkie mendirikan Thisable Enterprise. Perusahaan ini berdiri dengan misi memberdayakan disabilitas di Indonesia dan menyalurkannya ke dunia kerja.
Salah satu harapan besarnya agar perekonomian penyandang disabilitas dapat ikut terangkat. Perusahaan ini memungkinkan para penyandang disabilitas menjual barang dan jasa.
Angkie bekerja sama dengan Gojek agar rekan-rekannya dapat bermitra dan bekerja memijat, membersihkan rumah dan mobil, atau memberi layanan make up di rumah para pelanggan Gojek.
Soal produk, dalam situs resmi Thisable Enterprise, produk yang dijual berupa sabun dan produk kecantikan.
5. Dipilih Jokowi sebagai juru bicara
Angkie menjadi satu-satunya penyandang disabilitas yang jadi staf khusus presiden di periode kedua pemerintahan Jokowi. Kesempatan ini dipakai dengan baik oleh Angkie untuk menunjukkan karya kaum disabilitas agar diakui lebih luas lagi.
Dalam acara Indonesia Writer's Festival yang digelar IDN Times pada September lalu, Angkie mengaku tidak ingin dikenal oleh publik sebagai penyandang disabilitas. Ia ingin dikenal karena karya yang dihasilkannya.
"Maka kita harus never give up. Meski saya tidak mendengar, namun saya tahu orang itu merespons kita karena kasian atau sebaliknya," kata dia ketika itu.
"Penyandang disabilitas juga harus punya karya sebagai eksistensi dan pengakuan. Jangan sampai orang-orang memandang negatif dan kasihan," lanjut Angkie.
IDN Times menggelar Indonesia Millennial Summit 2020. Acara dengan tema "Shaping Indonesia's Future" ini berlangsung pada 17-18 Januari 2020 di The Tribrata, Dharmawangsa, Jakarta.
IMS 2020 menghadirkan lebih dari 60 pembicara kompeten di berbagai bidang, dari politik, ekonomi, bisnis, olahraga, budaya, lintas agama, sosial, lingkungan sampai kepemimpinan millennial.
Ajang millennial terbesar di Tanah Air ini dihadiri oleh lebih dari 5.000 pemimpin millennial. Dalam IMS 2020, IDN Times juga meluncurkan Indonesia Millennial Report 2020 yang melibatkan 5.500 responden di 11 kota di Indonesia. Survei yang dilakukan oleh IDN Research Institute bersama Nielsen bertujuan untuk memahami perilaku sekaligus menepis mitos stereotip di kalangan millennial.
Simak hasilnya di IMS 2020 dan ikuti perkembangannya di IDN Times.