Survei INDEF: 81% Driver Ojek Online Jadi Korban Order Fiktif

Order fiktif merusak persaingan sehat

Jakarta, IDN Times - Institute for Development of Economics and finance (INDEF) menemukan maraknya order fiktif di industri ride-hailing di lndonesia. Survei tersebut melibatkan 516 mitra pengemudi (roda dua dan roda empat) dua perusahaan ride-hailing terbesar, Go-Jek dan Grab, pada 16 April-16 Mei 2018 di Jakarta, Bogor, Semarang, Bandung dan Yogyakarta. Metode survei yang digunakan adalah non-probability atau convinient sampling.

1. Dua dari tiga mitra pengemudi tahu ada order fiktif

Survei INDEF: 81% Driver Ojek Online Jadi Korban Order Fiktif

Para mitra pengemudi Go-Jek dan Grab menyadari bahwa tindakan curang sangat banyak terjadi sehari-hari di lapangan. Survei INDEF menyebutkan, hampir dua dari tiga mitra pengemudi (61%) mengatakan mereka mengetahui sesama mitra pengemudi yang pernah melakukan order fiktif (atau dikenal sebagai 'opik').

"Hal itu untuk mencapai target jumlah perjalanan dan mendapatkan insentif," ujar Direktur Program INDEF Berly Martawardaya di Kantor INDEF, Jakarta, Kamis (7/6).

2. Order fiktif merusak persaingan sehat

Survei INDEF: 81% Driver Ojek Online Jadi Korban Order Fiktif

Mayoritas mitra pengemudi (54%) mengaku bahwa mereka mengetahui sesama mitra pengemudi pernah melakukan tindakan curang demi mengejar insentif yang dijanjikan perusahaan ride-hailing bila mencapai target.

Berly menjelaskan, para mitra pengemudi yang melakukan tindakan curang menggunakan perangkat lunak GPS palsu untuk memalsukan perjalanan dan menyelesaikan perjalanan tanpa harus benar-benar membawa penumpang dan mencurangi sistem.

Mereka menggunakan banyak nomor dan akun palsu, kemudian berpura-pura menyelesaikan perjalanan demi mendapat insentif yang dijanjikan setelah mencapai target jumlah perjalanan tertentu.

"Order fiktif juga kerap dilakukan untuk menjauhkan mitra pengemudi lain dari tempat tertentu. Misalnya di Mall Kalibata, banyak yang mencurangi temannya dengan order fiktif. Bikin mitra pengemudi lain gak betah mangkal di situ, jadi otomatis oknum pengemudi itu bisa lebih mudah dapat penumpang," kata Berly.

3. Mayoritas pengemudi tidak setuju order fiktif

Survei INDEF: 81% Driver Ojek Online Jadi Korban Order FiktifIDN Times

Hampir semua mitra pengemudi (81%) mengaku mendapat order fiktif setiap minggunya dan satu dari tiga (37%) mitra pengemudi mengaku mendapat order fiktif setiap harinya.

"Temuan survei ini cukup mengejutkan. Selain merugikan perusahaan ride-hailing, penghasilan para mitra pengemudi yang bekerja dengan jujur juga terdampak oleh perilaku ini. Survei kami juga menemukan bahwa lebih dari setengah mitra pengemudi (53%) tidak setuju dengan tindakan order fiktif yang dilakukan teman-teman mereka. Satu dari tiga pengemudi (34%) bahkan pernah secara aktif memperingatkan teman mereka yang melakukan tindakan order fiktif,” ujarnya.

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya