antarafoto-pengungsi-bencana-angin-kencang-211019-aez-1.jpg
Pembahasan di dalam forum GPDRR sendiri akan dibagi dalam empat klaster. Pertama adalah ancaman bencana alam klaster geologi dan vulkanologi. Gempa bumi dan gunung berapi itu masuk dalam klaster tersebut.
Klaster kedua adalah klaster ancaman hidrometeorologi kering, yaitu kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan. Kemudian klaster ketiga adalah klaster ancaman hidrometeorologi basah, yaitu banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin puting beliung, dan abrasi pantai. Sementara klaster terakhir adalah ancaman bencana non alam, seperti pandemik COVID-19.
Terkait pembahasan bencana non alam, Koordinator Komunikasi Kesehatan, Direktorat Infokom PMK, Maroli J Indarto menegaskan pentinnya memitigasi bencana non alam seperti pandemik COVID-19. Karena dampaknya sangat luas dan panjang.
“Forum GPDRR ini harus bisa dimanfaatkan untuk membuat kolaborasi global untuk memitigasi potensi bencana non pandemik. Kita harus benar-benar belajar dari pandemik COVID-19. Bencana non alam ternyata dapat bedampak sangat luas dan berlangsung cukup lama,” jelas Maroli.
Ia menilai, Indonesia harus mengambil peran terdepan dalam hal ini. Mengingat kondisi demografis dan geografis yang dimiliki Indonesia, kolaborasi yang bersifat global akan sangat membantu Indonesia dalam memitigasi bencana non pandemik.
“Kita harus mengambil inisiatif. Karena jika kolaborasi global terbentuk dan berjalan dengan baik, manfaatnya akan dirasakan oleh Indonesia dalam menghadapi bencana non pandemik di kemudian hari,” ujarnya.