Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Sumber Gambar: koran-jakarta.com
Sumber Gambar: koran-jakarta.com

Kecelakaan pesawat kembali membawa duka bagi Indonesia. Pesawat AirAsia QZ8501 hilang kontak dalam perjalanan dari Surabaya ke Singapura pada Minggu (28/11) pukul 07.55 WIB. Pesawat yang membawa 156 penumpang ini lepas landas dari Bandara Juanda, Surabaya pada pukul 05.35 WIB, menuju Changi Airport, Singapura. Pesawat ini jatuh di perairan dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

Pihak penyelidik telah melakukan berbagai upaya yang signifikan untuk menyelidiki apa penyebab kecelakaan pesawat tersebut dengan mengkaji black box dan juga faktor-faktor yang lain. Dilansir CNNIndonesia, (2/12), berikut adalah 5 faktor penyebab kecelakaan yang terjadi pada AirAsia QZ8501 dari hasil investigasi yang dilakukan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

1. Terjadi retakan solder pada electronic module.

Faktor yang pertama, penyebab kecelakaan tersebut diduga akibat keretakan solder yang terdapat pada electronic module di Rudder Travel Limiter Unit (RTLU) yang terdapat pada bagian ekor pesawat. RTLU adalah komponen yang berfungsi untuk mengatur ketinggian pada pesawat. Akibat rusaknya solder tersebut membuat kerusakan yang berkelanjutan dan terus berulang.

2. Kurang optimalnya perawatan pesawat dan analisa perusahaan.

Default Image IDN

Faktor yang kedua adalah sistem perawatan pesawat dan analisa perusahaan yang masih kurang optimal. Hal inilah yang membuat masalah seperti yang terjadi di RTLU pun luput dari pengawasan. Pada saat penerbangan, kerusakan sempat terjadi sebanyak 3 kali dan pilot berusaha untuk mengatasinya sesuai dengan aturan yang ada. Namun, pada saat kerusakan yang keempat, tiba-tiba pesawat menunjukan adanya aktivitas yang berbeda dibandingkan biasanya. Kejadian abnormal pada pesawat tersebut yang kemudian menyebabkan terjadinya kecelakaan.

3. Putusnya arus listrik pada flight augmentation computer.

Default Image IDN

Seperti yang dijelaskan diatas, ada sebuah kejadian tak biasa yang terjadi saat pilot berusaha memperbaiki kerusakan RTLU yang keempat kalinya. Dari Flight Data Recorder ditemukan adanya indikasi bahwa Circuit Breaker diatur ulang berkali-kali sehingga memicu pemutusan arus listrik pada Flight Augmentation Computer. Bisa jadi salah satu dari pilot atau copilot mencabut CB yang terletak pada dekat kursi mereka sehingga membuat arus listrik putus dan pesawat terjun bebas ke laut dari ketinggian yang sangat berbahaya.

4. Sistem autopilot pesawat mendadak berhenti berfungsi.

Default Image IDN

Hal yang paling berbahaya pada saat menerbangkan pesawat adalah ketika sistem autopilot pada sebuah pesawat mendadak berhenti. Ini menyebabkan sistem flight control logic pesawat bermasalah. Berubahnya kondisi normal law (autopilot) menjadi alternate law (manual) akan membuat rudder bergerak sebanyak dua derajat ke kiri. Akibatnya pesawat bisa berguling mencapai sudut 54 derajat.

5. Pesawat dalam kondisi tak terkendali dan pilot tak bisa berbuat apa-apa lagi.

Default Image IDN

Saat pesawat dalam kondisi manual, maka pesawat akan masuk dalam upset condition. Artinya dalam kondisi ini pilot dan kopliot tidak akan bisa berbuat apa-apa lagi. Pesawat akan kehilangan daya angkat dan membuatnya dalam kondisi stall. Stall yang terjadi berkepanjangan akan membuat pesawat naik hingga ketinggian 38.000 kaki sebelum akhirnya terhempas ke laut.

Sebenarnya kecelakaan pesawat AirAsia juga bukan yang pertama kali terjadi. Sebelumnya pada tahun 2011 sebuah kecelakaan menimpa pesawat AirAsia AK 5218. Pesawat ini tergelincir dari landasan pacu Bandar Udara Internasional Kuching, Malaysia. Dalam insiden ini 4 orang mengalami cedera ringan.

Selain itu, pada tanggal 30 Desember 2014, Pesawat Air Asia 72272 tergelincir di Bandara Internasional Kalibo, Filiphina. Peristiwa ini terjadi akibat badai tropis seniang. Dan untungnya tak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.

Editorial Team

EditorRizal