Duh! Anak-anak Indonesia Harus Menanggung Beban Dampak Krisis Iklim

Cuaca kering ekstrem hingga kemiskinan ancam anak

Jakarta, IDN Times - Laporan global organisasi Save the Children berjudul Born into the Climate Crisis menyebut, krisis iklim di Indonesia membawa dampak nyata dan dirasakan anak-anak saat ini.

Ketua Pengurus Yayasan Save the Children Indonesia, Selina Patta Sumbung, mengatakan anak-anak yang mengalami situasi tersebut lebih rentan secara fisik hingga ekonomi.

"Studi kami sangat jelas menggambarkan bahwa anak-anak menanggung beban berat, karena tumbuh dalam situasi yang mengancam dan anak memiliki beragam faktor yang membuat mereka lebih rentan secara fisik, sosial, dan ekonomi," kata Selina dikutip ANTARA, Minggu (24/4/2022).

Baca Juga: Dampak Perubahan Iklim, Jokowi Mau Sistem Peringatan Dini Meningkat

1. Krisis iklim membuat jutaan anak dan keluarga jatuh dalam kemiskinan jangka panjang

Duh! Anak-anak Indonesia Harus Menanggung Beban Dampak Krisis IklimIDN Times/Dhana Kencana

Berdasarkan laporan global yang dirilis pada September 2021 tersebut, dijelaskan anak-anak di Indonesia yang lahir pada 2020 berisiko menghadapi tiga kali lebih banyak ancaman banjir dari luapan sungai.

Selanjutnya, dua kali lebih banyak mengalami kekeringan serta tiga kali lebih banyak gagal panen dan lebih buruk lagi. Dampak krisis iklim juga membuat jutaan anak dan keluarga jatuh dalam kemiskinan jangka panjang di Indonesia.

Secara nasional, hasil prediksi iklim 10 tahunan laporan global Save the Children menunjukkan akan terjadi pengurangan jumlah curah hujan selama El Nino.

2. Pada 2020-2025 diprediksi terjadi cuaca kering ekstrem

Duh! Anak-anak Indonesia Harus Menanggung Beban Dampak Krisis IklimANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Berdasarkan prediksi, peluang terjadinya peristiwa cuaca kering ekstrem pada 2020-2025, beberapa wilayah diperkirakan akan mengalami cuaca ekstrem di atas normal.

Pada 2020, Laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terkait kejadian bencana, menyebutkan terdapat 4.650 total kejadian bencana alam dan 99,2 persen merupakan kejadian bencana yang berasosiasi dengan faktor iklim dan cuaca.

Selanjutnya, di Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), jumlah pengungsi akibat kekeringan bertambah signifikan dari 21.688 jiwa pada 2018 menjadi enam kali lebih besar pada 2019, hingga mencapai 139.746 jiwa, termasuk anak-anak.

Sementara di Sulawesi Selatan, jumlah populasi terpapar gelombang tinggi dan abrasi diperkirakan mencapai 265.307 jiwa. Dari angka tersebut, 40.508 jiwa merupakan kelompok rentan ,termasuk anak-anak. Anak-anak yang berada di wilayah Kepulauan Selayar, Takalar, Pangkajene Kepulauan dan Makassar memiliki risiko tinggi abrasi.

Kemudian di Jawa Barat, catatan statistik 2022 menyebutkan jumlah kejadian banjir mencapai 247 pada 2021. Dari kejadian tersebut, korban meninggal dunia 20 orang, 282 mengalami luka dan 1.440.252 orang terdampak dan mengungsi, termasuk anak-anak. Jumlah kelurahan/desa terdampak banjir dari seluruh kabupaten/kota di Jawa Barat bertambah secara signifikan sejak 2019 hingga 2021.

3. Untuk mengantisipasi ancaman, kenaikan suhu harus dijaga tidak lebih dari 1,5 derajat celcius

Duh! Anak-anak Indonesia Harus Menanggung Beban Dampak Krisis IklimIlustrasi perubahan iklim (Unsplash/Ciprian Morar)

Laporan itu pun mengungkapkan jika kenaikan suhu dijaga tidak lebih dari 1,5 derajat celcius, dampak dari ancaman iklim pada generasi mendatang dapat berkurang. Misalnya, kekeringan berkurang 39 persen, 38 persen untuk banjir sungai, 28 persen untuk gagal panen, dan sebesar 10 persen untuk kebakaran hutan.

"Investasi pada penurunan emisi seharusnya berjalan beriringan dan saling melengkapi dengan upaya penurunan risiko dan meningkatkan kapasitas adaptasi pada anak," kata Selina.

Aksi Generasi Iklim, menurut Selina, merupakan sebuah gerakan yang diinisiasi dan dipimpin anak-anak dan orang muda. Tujuan gerakan ini untuk memastikan anak-anak dan keluarga, terutama mereka yang terdampak secara langsung dari krisis iklim, dapat melakukan upaya-upaya bertahan hidup dan beradaptasi, serta memperkuat sistem terkait penanganan perubahan iklim yang lebih berpihak pada anak.

"Setelah mendapatkan penjelasan mengenai dampak krisis iklim, saya lebih sadar bahaya perubahan iklim yang kita rasakan hari ini. Sudah saatnya anak-anak ikut bergerak dan dilibatkan, karena kami yang akan merasakan dampak terburuk dari krisis iklim saat ini dan pada masa mendatang," kata Ranti selaku perwakilan Child Campaigner Jawa Barat Save the Children Indonesia.

Menurut Ranti, pemerintah harus melibatkan anak-anak dalam membangun kesadaran dampak krisis iklim, dan menciptakan ruang yang aman serta nyaman untuk anak-anak berpendapat.

"Harusnya, semua anak bisa mulai berpartisipasi. Tapi sayangnya masih banyak anak-anak belum tahu tentang krisis iklim dan bagaimana mereka bisa berperan untuk membuat perubahan, sebagai 'Child Campaigner', saya ingin mengajak semua anak bergerak dan tidak takut untuk bersuara," ungkap Ranti.

Baca Juga: Google Doodle Cuplik 4 Foto Lokasi di Dunia Alami Perubahan Iklim 

4. Save the Children luncurkan kampanye Aksi Generasi Iklim pada Hari Bumi 22 April 2022

Duh! Anak-anak Indonesia Harus Menanggung Beban Dampak Krisis IklimIDN Times/Dhana Kencana

Atas kondisi tersebut, Save the Children Indonesia menggandeng sejumlah pihak, yaitu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta Aliansi Jurnalis Independen (AJI) meluncurkan kampanye Aksi Generasi Iklim bertepatan pada Hari Bumi 22 April 2022.

Aksi Generasi Iklim diprakarsai anak-anak Indonesia, terutama mereka yang berhadapan dan terdampak langsung dari krisis iklim. Anak-anak tersebut berasal dari Provinsi Jawa Barat, Sulawesi Tengah, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur.

"Inisiasi Aksi Generasi Iklim yang dilakukan oleh anak-anak dan orang muda berkontribusi pada program adaptasi perubahan iklim KLHK, hal ini juga sejalan dengan berbagai rekomendasi internasional tentang pentingnya melibatkan anak dan orang muda dalam upaya adaptasi," kata Direktur Adaptasi Perubahan Iklim KLHK Sri Tantri Arundhati.

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya