Tabloid Indonesia Barokah Dianggap bukan Kampanye Hitam

Indonesia Barokah dibandingkan dengan tabloid Obor Rakyat

Jakarta, IDN Times - Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI), Karyono Wibowo, menjabarkan pandangannya mengenai Tabloid Indonesia Barokah . Menurut Karyono, sudah jelas bahwa tabloid itu tidak layak disebut bagian dari media seperti yang diatur dalam Undang-Undang tentang pers.

Hal itu disampaikannya dalam diskusi 'Tabloid Indonesia Barokah: Karya Jurnalistik atau Kumpulan Opini?' Ini adalah satu dari sejumlah diskusi yang diadakan untuk muatan tabloid Tabloid Indonesia Barokah, sejak menjadi topik hangat belakangan ini. Banyak pula diskusi yang membahas relevansi antara tabloid ini dengan agenda jelang pemilu yang kini tinggal 2,5 bulan lagi.

1. Dua hal yang sama antara Indonesia Barokah dan Obor Rakyat

Tabloid Indonesia Barokah Dianggap bukan Kampanye HitamIDN Times/Isidorus Rio Turangga

Dalam perspektifnya, Karyono menemukan persamaan antara Tabloid Indonesia Barokah dengan tabloid yang sempat mengegerkan Indonesia jelang Pemilu 2014 lalu, Obor Rakyat.

"Kedua tabloid ini, Indonesia Barokah dan Obor Rakyat, bagi saya memiliki dua persamaan. Pertama, media ini sama-sama media propaganda. Media yang sederhananya ya didesain untuk kepentingan kontestasi elektoral," ujarnya.

"Yang kedua, momentum kemunculannya juga sama. Kalau Obor Rakyat muncul sebulan jelang Pemilu, ini Indonesia Barokah muncul sekitar 80-an hari ya sebelum Pemilu April nanti", sambung Karyono.

2. Indonesia Barokah disebut lebih 'halus' dibandingkan Obor Rakyat

Tabloid Indonesia Barokah Dianggap bukan Kampanye HitamIDN Times/Isidorus Rio Turangga

Walau memiliki persamaan, kata Karyono, narasi dan substansi yang dijabarkan kedua tabloid tersebut terasa sangat berbeda.

"Kalau Obor Rakyat jelas penuh dengan fitnah dan terbukti ya secara pidana, bahkan pembuatnya sudah divonis dan jalani hukuman penjara. Tapi, Indonesia Barokah tidak. Dari sisi cover saja, Obor Rakyat kan cenderung kasar dan ada unsur pelecehan juga fitnah. Sementara, Indonesia Barokah lebih halus," kata Karyono.

3. Indonesia Barokah bukan black campaign

Tabloid Indonesia Barokah Dianggap bukan Kampanye HitamIDN Times/Isidorus Rio Turangga

Berdasarkan analisisnya, ia  meyakini bahwa tabloid itu bukan black campaign  melainkan cenderung ke negative campaign. Sebab, tidak ada fitnah atau unsur provokatif di dalam kontennya.

"Tapi saya sebut tabloid ini adalah negative campaign. Kenapa begitu? Karena saya rasa, data-data yang ada di tabloid Indonesia Barokah ini masih bisa diverifikasi,. Namun memang dicetak tanpa kaidah jurnalistik yang baik, sehingga jatuhnya jadi negative campaign. Kampanye untuk siapa? Ya saya rasa dari isi saja kita bisa sepakat kalau tabloid ini condong ke kubu Jokowi-Ma'ruf Amin, ya," tegas Karyono.

4. Negative campaign boleh dilakukan di Pemilu

Tabloid Indonesia Barokah Dianggap bukan Kampanye HitamIDN Times/Isidorus Rio Turangga

Karyono megatakan bahwa negative campaign bukan sesuatu yang dilarang oleh undang-undang. "Di perspektif demokrasi, negative campaign itu sebenarnya sah dan boleh saja kok dilakukan. Karena di demokrasi kan kita tahu sendiri bahwa ada kampanye positif dan negatif. Yang dilaran di UU Pemilu kan tidak boleh ada black campaign," tuturnya.

Baca Juga: Ma'ruf Amin Curiga Tabloid Indonesia Barokah Jebakan Tim Lawan

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya