Pemerintah Gaza telah meminta para donor dan kelompok bantuan untuk memprioritaskan pengiriman tenda dan tempat penampungan sementara, guna membantu menyediakan rumah bagi masyarakat yang rumahnya telah dihancurkan oleh Israel.
Menurut kantor media pemerintah Gaza pada 3 Februari, ribuan keluarga Palestina di seluruh wilayah kantong tersebut tidur di tempat terbuka di tengah suhu yang sangat dingin.
"Mendapatkan tempat penampungan telah menjadi kebutuhan kemanusiaan yang mendesak dan tidak dapat ditunda. Ini adalah kebutuhan yang paling mendesak saat ini," kata kantor tersebut dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Al Jazeera.
Kantor itu juga menuduh Israel membatasi aliran bantuan dan tempat berlindung ke wilayah tersebut, yang melanggar kesepakatan gencatan senjata yang mulai berlaku pada 19 Januari.
Perjanjian tersebut menetapkan bahwa 60 ribu truk bantuan dan 200 ribu tenda harus masuk ke Gaza. Serta, kesepakatan itu mengharuskan Israel mengizinkan pengiriman peralatan, guna membantu membersihkan puing-puing untuk mencapai Gaza.
Ratusan ribu warga Palestina telah kembali ke wilayah utara setelah gencatan senjata dicapai antara Israel dan Hamas. Namun, banyak yang mendapati rumah mereka telah berubah menjadi puing-puing saat Israel menghancurkan seluruh lingkungan di Gaza dan kota-kota lain seperti Jabalia dan Beit Hanoon.