Ilustrasi Mabes TNI di Cilangkap, Jakarta Timur. (Dokumentasi Puspen TNI)
Kristomei juga mengungkapkan rencana TNI melakukan reorganisasi, di mana nantinya akan ada tambahan lima Kodam baru, peningkatan status beberapa satuan di TNI seperti Kopassus, Kopasgad, dan lainnya.
"Untuk reorganisasi ini akan seperti apa, tunggu tanggal mainnya, paling bulan depan akan diumumkan," ujarnya.
TNI, kata Kritomei, juga akan menambah 100 batalion yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Wilayah NKRI yang luas menjadi alasan pembentukan batalion baru ini. Dia memastikan tidak ada penambahan jumlah personel secara signifikan, meski jumlah batalion akan bertambah.
"Kan kita gak bisa jamin bulan depan, tahun depan gak ada perang. Tidak ada yang bisa meyakinkan. Faktanya, kemarin Iran menyerang Israel, India menyerang Pakistan, Rusia menyerang Ukraina," ujar dia.
Alasan lain, dengan adanya program ketahanan pangan yang dirancang Presiden Prabowo Subianto, selain menjalankan fungsi pertahanan, TNI juga dibutuhkan untuk pertanian, kesehatan, engineering.
"Fungsi profesionalnya sebagai alat pertahanan tetap ada, latihan tempur. Tetapi juga punya kemampuan pertanian, kesehatan, engineering, bagaimana pasang ranjau, bangun jembatan, urus korban pertempuran. Kira-kira itulah," ucap Kristomei.
Soal penolakan pembentukan 100 batalion ini, terutama di Aceh, Kristomei menjawab diplomatis. Sejauh ini TNI mengedepankan dialog, mencari tahu mengapa terjadi penolakan. "Kenapa ada larangan membangun di negara sendiri? Bisa jadi ada gap komunikasi, kita bisa jelasin tujuannya apa? Kalau dibangunnya di Singapura, atau negara lain, boleh saja dilarang," kata dia.
Dengan adanya batalion-batalion ini, dia menambahkan, justru bisa membantu pengembangan wilayah bersangkutan melalui pembangunan sekolah, pasar, dan sebagainya. "Bayangkan ada 600 orang yang butuh makan. Lihat Mabes TNI di Cilangkap, dulu itu jauh sekali dari pusat, gak ada apa-apa dan hari ini udah berbeda," katanya.
Dengan penambahan batalion ini, Kristomei berharap TNI bisa menempatkan anggotanya di wilayah-wilayah yang cukup luas di Indonesia seperti Papua. "Papua itu luasnya lima kali Pulau Jawa. Kita berharap bisa menempatkan 9.000 personel. Memang tidak seluruh wilayah Papua tidak aman, hanya tujuh wilayah kabupaten yang intensitas keamanannya masih tinggi yang dipetakan berdasarkan kekerasan dan konflik," ucap Kristomei.