Tak seperti negara lain yang memperketat peredaran obat-obatan, di Indonesia justru dijual bebas. Junaidi mengakui, distribusi obat-obatan memang menjadi salah satu lahan bisnis menjanjikan. Namun, masyarakat juga berhak mendapatkan informasi yang benar mengenai kegunaan obat.
"Masyarakat terkadang mendapatkan informasi yang salah. Obat di mana-mana ada, antibiotik dijual bebas. Pasien pun banyak yang gak paham obat yang dikonsumsi, mereka melakukan pengobatan sendiri. Belum lagi iklan-iklan menyesatkan. Di luar negeri, orang susah mau nyimpen obat sembarangan," tutur dia.
Menurut Junaidi berdasarkan data rasional 2013, sepertiga penduduk Indonesia menyimpan obat yang seperempatnya berupa antibiotik, 80 persen menyimpan obat tanpa resep, baik di kota maupun di desa.
"Di kota 50 persen dapat obat dari apotek, di pedesaan dari toko obat atau tenaga kesehatan. Mau miskin, mau kaya, sama saja. Sepertiganya antibiotik dipakai, sepertiganya lagi buat persediaan. Separuh penduduk Indonesia gak punya informasi yang tepat soal obat," ujar Junaidi.