Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kasus COVID-19 Naik, IDI Bogor: Pemkot Harus Berani Tutup Semua Akses!

Ilustrasi petugas medis (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)

Bogor, IDN Times - Kasus COVID-19 di Kota Bogor semakin mengkhawatirkan karena jumlah pasien positif terus meningkat. Akibatnya ketersediaan tempat tidur pasien COVID-19 di sejumlah rumah sakit rujukan kian menipis.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Bogor, Zai­nal Arifin, meminta agar Pemkot Bogor segera bertindak agar penyebaran COVID-19 tidak semakin meluas. Dia berharap Pemkot Bogor lebih waspada dengan menutup seluruh tempat wisata yang ada di Kota Hujan tersebut. 

Seperti diketahui, berdasarkan data yang dihimpun Dinkes Kota Bogor per Senin (28/12/2020) penambahan kasus positif COVID-19 di Kota Bogor mencapai 140, itu artinya jumlah akumulasi kasus di Bogor sudah tembus 14.086.

1. Pemkot Bogor harus berani ambil langkah tegas di tengah lonjakan kasus COVID-19

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wali Kota Bogor Bima Arya meninjau Stasiun Bogor, Senin (15/6) (Dok. Humas Pemprov DKI Jakarta)

Zainal mengatakan, Pemkot Bogor seharusnya berani mengambil langkah tegas dengan menutup kembali Kota Bogor seperti yang dila­kukan pada awal pandemik. 

Apalagi munculnya kasus reinfeksi di Kota Bogor juga menjadi isyarat bagi Pemkot Bogor untuk mengambil ke­bijakan konkret dalam memutus rantai penularan virus corona ini.

”Kalau menurut saya, pe­merintah harus berani tutup semua akses. Paling tidak se­lama Januari nanti. Itu lebih aman daripada kita mem­buka dengan segala protokol kesehatan,” kata Zainal saat dihubungi, Selasa (29/12/2020).

Dia menyarankan lokasi wisata dan lokasi yang berpotensi menyebabkan pe­nularan, sebaiknya ditutup semua. Se­hingga potensi penularan benar-benar bisa ditekan ka­rena tidak ada kegiatan di luar rumah.

”Tutup saja semua. Kebun Raya juga tutup, jangan berpikir masalah ekonomi dulu. Kalau dibiarkan pasti ada yang tertular. Tidak mungkin nol penularan,” kata dia.

 

2. OTG jadi ancaman penularan virus corona di Kota Bogor

Ilustrasi Corona. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Zainal menjelaskan ancaman bagi Kota Bogor sendiri saat ini adalah keberadaan para Orang Tanpa Gejala (OTG) dan orang yang tadinya posi­tif tapi sudah dinyatakan sem­buh. Sebab, mereka masih menjadi carrier dan bisa menularkan kepada siapa saja jika berada di keru­munan.

"Yang tidak mempunyai ge­jala justru bisa menularkan pada yang lain, kalau lengah. Terutama kalau misalnya tahun baru ada pesta barengan satu keluarga. Bukan tidak mungkin kena semua,” imbuhnya.

Ia pun menggambarkan kon­disi Kota Bogor sebenarnya saat ini sudah dalam tahap kritis. Di mana ketersediaan tempat tidur untuk pasien COVID-19 mulai menipis. Bukan hanya itu, ia juga mengung­kapkan para pasien COVID-19 di Kota Bogor ini sangat sulit mendapatkan ak­ses fasilitas kesehatan (faskes).

Untuk itu, ia berharap dengan dibangunnya rumah sakit darurat oleh Pemkot Bogor, akses terhadap pasien COVID-19 di Kota Bogor semakin mem­baik. Dia juga meminta agar Pemkot Bogor mempermudah akses masyarakat untuk mencari fasilitas kesehatan. 

3. Penularan melalui kontak erat masih banyak

Ilustrasi virus corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bogor per Senin (28/12/2020) dari 14.086 kasus, dari kontak erat 4.970, konfirmasi 5.201, suspek 3.834, dan probable 81 kasus.

Berdasarkan data tersebut kasus kontak erat di Kota Bogor masih tinggi yakni sebanyak 57 kasus, sementara kasus konfirmasi 74 kasus, dan suspek 12 kasus.

Kasus Kontak Erat adalah orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau konfirmasi COVID-19. Riwayat kontak yang dimaksud antara lain Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau kasus konfirmasi dalam radius 1 meter dan dalam jangka waktu 15 menit atau lebih.

Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau konfirmasi (seperti bersalaman, berpegangan tangan, dan lain-lain).

Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus probable atau konfirmasi tanpa menggunakan APD yang sesuai standar.

Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan penilaian risiko lokal yang ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi setempat.

Share
Topics
Editorial Team
Rubiakto
EditorRubiakto
Follow Us