Kebocoran Minyak Hingga Pulau Seribu, Pertamina Diminta Segera Tangani

19 Sep 2019, 08:17 WIB

ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar

Jakarta, IDN Times - Koalisi organisasi masyarakat sipil mendesak PT Pertamina segera memulihkan perairan dan daerah sekitarnya, yang terdampak kebocoran minyak di laut Jawa. Sebab, kebocoran minyak itu meluas hingga ke Kepulauan Seribu, Jakarta.

Juru Kampanye Greenpeace Arifsyah Nasution mengatakan, pemulihan area terdampak harus segera dilakukan, karena memakan waktu lama dalam prosesnya.

"Kita proyeksikan lima tahun, termasuk monitoring dampak kesehatan, karena kita lihat dalam jangka panjang pasti akan ada timbul beberapa dampak jangka panjang, kesehatan dan pemulihan hutan mangrove di pesisir," ujar Arifsyah dalam acara konferensi pers di kantor Eksekutif WALHI Nasional, Jakarta pada, Rabu (18/9).

1. Sumur YYA-1 milik Pertamina mengalami kegagalan operasi hingga menumpahkan minyak

IDN Times/Vamela Aurina

Sumur YYA-1 milik anak perusahaan PT Pertamina yaitu, Pertamina Hulu Energi (PHE), sebelumnya memang pernah mengalami kegagalan operasi. Kegagalan tersebut mengakibatkan tumpahan minyak tersebar di laut Jawa.

"Sumur YYA-1, sejak Juli sudah gagal dan tumpahan minyak terjadi," ujar Arifsyah.

Tepatnya, kata dia, sumur YYA-1 memuntahkan minyak di lepas laut Jawa sejak 12 Juli 2019. Sumur minyak itu ada di anjungan lepas pantai Blok Migas Offshore North West Java (ONWJ) atau wilayah Karawang, Jawa Barat.

2. Dampak tumpahan minyak hingga ke Kepulauan Seribu

Dok. Pertamina

Tumpahan minyak di perairan Pantai Karawang itu kini meluas hingga ke Kepulauan Seribu, Jakarta. Tumpahan yang semakin meluas itu akhirnya mengganggu aktivitas ekonomi sosial masyarakat di pesisir.

"Tumpahan minyak berpengaruh pada kegiatan nelayan dan petambak," ujar Arifsyah.

3. Tumpahan minyak juga mencemari puluhan ribu mangrove

IDN Times/Reza Iqbal

Arif menyebutkan tumpahan minyak ini juga mempengaruhi kondisi puluhan ribu mangrove di hutan bakau, pesisir pantai utara Jawa. Namun, PT Pertamina dianggap minim memberikan update data wilayah terdampak dari kebocoran minyak.

"Karena itu, koalisi kami meminta keterbukaan informasi akan data tentang sumur YYA-1, untuk diketahui apa penyebab kebocorannya," ujar dia.

4. Koalisi organisasi masyarakat sipil mengirim surat ke Pertamina

ANTARA FOTO/Umarul Faruq

Arifsyah mengatakan koalisi organisasi masyarakat sipil yang terdiri dari Greenpeace Indonesia, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), Forum Komunikasi Das Citarum (forkadasC+), dan Jaringan Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara), telah mengirim surat ke PT Pertamina untuk meminta data kebocoran minyak tersebut.

"Namun mereka menjawab tidak punya datanya, kita kirim lagi ke PHE (Pertamina Hulu Energi), sampai sekarang belum ada balasan," kata dia.