Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
1759126381.jpg
Menteri Agama Nasaruddin Umar membuka acara peluncuran Early Warning System (EWS) Si-Rukun. (Dok. Kemenag).

Intinya sih...

  • Kemenag meluncurkan sistem EWS Si-Rukun sebagai langkah preventif untuk mencegah dan mengatasi konflik, tidak terbatas pada konflik antaragama.

  • Penelitian terhadap EWS Si-Rukun akan terus berlanjut karena kondisi sosial yang dinamis.

  • Sejumlah strategi dirancang untuk menyesuaikan sistem agar tetap relevan, termasuk dukungan regulasi, grand design, sosialisasi, dan pengembangan aplikasi.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Agama (Kemenag) meluncurkan Early Warning System (EWS) Si-Rukun atau Sistem Deteksi Dini Indonesia Rukun. Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyatakan, urgensi sistem ini sama dengan alat deteksi tsunami.

"Jadi kita di Kementerian Agama harus punya tiga kuasa. Karena potensi konflik ini bisa terjadi dalam waktu yang sangat cepat, seperti kedatangan tsunami, barangkali susah diprediksi, tapi berlangsung sangat cepat juga," ujar Nasaruddin dikutip dari kemenag.go.id, Senin (29/9/2025).

1. Sistem sebagi langkah preventif untuk mencegah dan mengatasi konflik

ilustrasi konflik keluarga. IDN Times/Sukma Sakti

EWS Si-Rukun merupakan aplikasi berbasis website yang bisa diakses melalui laman https://pkubpusat.kemenag.go.id/ews/login. Tujuan utamanya untuk mencegah dan mengatasi Konflik Sosial Berdimensi Keagamaan (KSBK).

Meski begitu, Nasaruddin menegaskan bahwa berbagai jenis konflik dapat terdeteksi dan tidak terbatas di konflik antaragama.

"Jadi tadi itu, konflik pribadi menjadi konflik antar etnik, konflik antar agama, konflik antar (lainnya) yang bisa diteteksi. Jadi hari ini jangan hanya tentang agama, tapi seluruh potensi konflik juga ikut kita deteksi," ujarnya.

2. Penelitian terhadap EWS Si-Rukun akan terus berlanjut

Tampilan Early Warning System (EWS) Si-Rukun. (Dok. Kemenag).

Sementara Sekretaris Jenderal Kemenag, Kamaruddin Amin, mengungkapkan bahwa data lapangan pada EWS Si-Rukun dihimpun oleh para penyuluh, penghulu, dan rekan-rekan Kemenag di seluruh Indonesia.

Adapun Menag Nasaruddin menjelaskan, penelitian akan terus berlangsung lantaran kondisi sosial yang dinamis membuat penelitian tidak pernah statis.

"Kita akan terus melakukan penelitian, seperti tentang potensi wilayah yang kira-kira potensi konfliknya lebih besar. Kondisi sosial dan kebangsaan sangat dinamis, sehingga tentu penelitian itu tidak pernah statis, tidak pernah berlaku selamanya seperti itu, tapi ada dinamika," kata Menag.

3. Sejumlah strategi untuk menyesuaikan sistem agar tetap relevan

EWS Si-Rukun dirancang terstruktur yang mencakup kor Potensi Konflik, Tingkat Respons, Pemetaan Daerah, Rekomendasi, hingga Frekuensi Kasus dan Laporan.

Kemenag pun telah menysusun strategi untuk memastikan sistem tetap relevan. Berikut daftarnya:

  • Menyiapkan dukungan regulasi dan kelembagaan.

  • Menyusun Grand Design & Pedoman Penggunaan Earky Warning System

  • Kerukunan Umat Beragama (EWS KUB).

  • ⁠Mengadakan Sosialisasi dan Bimtbingan teknis.

  • ⁠Memelihara dan mengembangkan aplikasi EWS KUB (bersama Pusat Data dan Informas Kemenag).

Editorial Team