Aksi demo tuntut mundur Bupati Pati, Sudewo di Pendopo Pati. (IDN Times/Bandot Arywono)
Tahapan selanjutnya, Kemendagri akan mendalami hak angket yang sudah diberikan. Lalu, usulan itu akan disampaikan pula ke Mahkamah Agung (MA) untuk diputuskan apakah kepala daerah terkait perlu diberhentikan atau tidak.
"Kementerian Dalam Negeri juga tentu hak anget tadi akan didalami. Kemudian kita akan meminta fatwa, meminta pandangan dari Mahkamah Agung terkait dengan hal ini. Apakah secara substansial bisa menghentikan bupati ini stau tidak. Nanti Kita menunggu hasil keputusan dari Mahkamah Agung yang bersifat final dan mengikat," tutur Benny.
Sebelumnya, Bupati Pati Sudewo akhirnya angkat bicara menanggapi gelombang protes yang menuntut dirinya mundur dari jabatan. Protes itu muncul karena ia membuat kebijakan meningkatkan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan atau PBB-P2 sebesar 250 persen. Sudewo juga sesumbar tak takut didemo.
Dalam wawancara usai menghadiri rapat bersama, Sudewo menegaskan, ia menghormati langkah DPRD Pati yang mengusulkan pembentukan pansus hak angket. Meski demikian, ia memastikan tidak akan mengundurkan diri.
Menurutnya, keputusan untuk berhenti atau tetap menjabat tidak bisa dilakukan sepihak, melainkan harus melalui mekanisme konstitusional.
“Baru saja beberapa bulan saya menjabat sebagai bupati. Saya akui masih banyak kekurangan, dan itu akan saya perbaiki ke depan,” kata Sudewo, Rabu (13/8/2025).
Terkait hak angket yang diajukan DPRD Pati, Sudewo menyatakan sikap legawa.
“Saya menghormati hak angket paripurna tersebut. Tuntutan sudah disampaikan tadi,” katanya.
Ia menegaskan, sebagai pejabat yang dipilih secara demokratis, dirinya akan tetap menjalankan tugas sesuai mandat rakyat. Dalam kesempatan itu, Sudewo mengajak warga Pati untuk menjaga persatuan dan tidak terprovokasi.