Sebagian besar warga Afghanistan memilih kabur dari negaranya setelah kelompok Taliban telah menguasai hampir seluruh wilayah Afghanistan. (Twitter.com/Anthony41806183)
Sementara, Liaison Officer Yayasan Geutanyoe Reza Maulana, mendorong pemerintah Indonesia agar mengantisipasi kedatangan gelombang pengungsi asal Afghanistan ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia, sekaligus pola penanganan pengungsi luar negeri (PPLN).
“Seperti menginventarisasi kebutuhan penyelamatan, penerimaan, dan penanganan kebutuhan dari kemungkinan gelombang pengungsi asal Afghanistan yang mungkin mencapai wilayah Indonesia baik lewat udara maupun laut,” kata dia, seperti dilansir ANTARA, Kamis.
Reza menjelaskan, menyusul penguasaan pemerintahan Afghanistan oleh Taliban, masyarakat negara tersebut yang trauma dengan kekejaman pemerintahan Taliban sebelumnya, beramai-ramai keluar dari negaranya guna mencari keselamatan dan perlindungan ke berbagai negara.
Reza menyebutkan mereka yang mengungsi itu, utamanya masyarakat urban di Kabul yang dikenal kosmopolit dan bertolak belakang dengan keyakinan yang dianut Taliban, sehingga mereka berbondong-bondong menuju bandar udara dengan harapan segera terbang keluar dari Afghanistan.
“Kekhawatiran yang sama juga ditunjukkan kelompok masyarakat minoritas di Afghanistan, seperti non-etnik Pashtun, maupun non-Sunni. Maka gelombang migrasi masyarakat Afghanistan besar-besaran yang sedang terjadi saat ini adalah sesuatu yang tak bisa dihindari,” katanya.
Karena itu, Reza meyakini, kondisi di Afghanistan sekarang akan berdampak secara global, meski awalnya pola migrasi bergerak ke negara-negara tetangga, namun lambat-laun akan bergerak lebih jauh hingga ke Asia Tenggara dan benua Australia, termasuk Indonesia.