Ilustrasi suhu udara panas. (Pixabay.com/geralt)
Meski demikian, Urip mengatakan saat ini ada anomali suhu yang lebih panas di beberapa wilayah Indonesia. Hal itu mengindikasikan adanya faktor lain yang mengamplifikasikan periode puncak suhu udara.
"Sirkulasi massa udara memicu tertahannya masa udara panas di atas sebagian wilayah Sumatera dan Jawa sehingga mengamplifikasi Mei yang panas," katanya.
Sirkulasi massa udara tersebut membuat kondisi semakin panas dan tidak nyaman. Suhu udara dengan kelembaban tinggi akan terkesan "sumuk", namun apabila udaranya kering akan terasa terik dan membakar.
Lebih lanjut, Urip menjelaskan, berdasarkan analisis BMKG pada 1-10 Mei 2022, suhu di wilayah Samudra Hindia di bagian barat Sumatra dan Laut Jawa lebih hangat dari biasa. Ini bisa menjadi penambah udara lembab akibat penguapan yang lebih intensif dari permukaan air laut.
"Sementara itu, analisis sirkulasi angin menunjukkan adanya pusaran kembar (double vortex) di bagian utara dan selatan belahan bumi sebelah barat Sumatera sebagai manifestasi dari aktifnya gelombang atmosfer MJO (Madden Julian Oscillation) di area tersebut," ujarnya.
Selain itu, di atas Pulau Kalimantan juga muncul vortex meski kondisinya lemah. Kondisi tresebut bisa menyebabkan angin di atas Pulau Jawa dan Sumatra menjadi lemah dan cenderung stabil.
Hal itu bisa menjadikan udara lembab dan panas cenderung tertahan dan tidak bergerak ke mana-mana.