Oleh Fariz Fardianto
SEMARANG, Indonesia —Lantunan musik Gambang Semarang sayup-sayup terdengar di Kampung Budaya Universitas Negeri Semarang (Unnes), Sekaran Gunungpati belum lama ini.
Bintang Hanggoro Putro berulang kali meliuk-liukan tubuhnya mengikuti irama musik Gambang Semarang. Gerakannya diikuti belasan mahasiswa lainnya secara serentak. Bintang rutin memperkenalkan Tarian Denok kepada mahasiswa di berbagai perguruan tinggi.
Ia bilang Denok berasal dari bahasa lokal yang sama artinya dengan sebutan gadis atau anak perempuan.
"Tarian yang semula bernama Gambang Lawak beserta musiknya ini saya kembangkan dari hasil penelitian yang sangat panjang sejak 1971 silam. Ketika itu Kota Semarang tak punya satupun ciri khas tarian. Maka dengan melihat perkembangan budaya lokal, sehingga saya memutuskan untuk mengembangkan sebuah tarian khas Semarangan. Tarian Denok inilah yang kerap disebut sebagai Tarian Gambang Semarang," kata Bintang saat berbincang dengan Rappler, di sanggarnya, pada Selasa 30 Januari 2018.
Ia mula-mula merancang gerak tarian yang menggambarkan topografis Semarang bagian atas dengan bawah yang dibatasi perbukitan dan laut.
Kemudian dibuatlah gerakan berbentuk diagonal dengan satu tangan diatas dan satu tangan dibawah. Gerak tariannya pun patah-patah.
"Sebagai simbol geologis Semarang yang berada di daerah patahan," akunya. Gerakan lain yang ia buat berupa gerakan jongkok dan berdiri. Hal itu sangat identik dengan kasta yang terbentuk antara pedagang dan pelaku industri.
"Dari gerak-gerak seperti itu, saya ingin menunjukan kepada publik bahwa hubungan antar warga terjalin sangat kuat. Ada satu lagi tambahan berupa hentakan kaki yang lincah dan tregel," lanjutnya.