ilustrasi santri salat berjamaah dengan jarak satu meter. IDN Times/Zainul Arifin
Dilansir dari situs resmi NU, nu.or.id, KH Hasyim Asy’ari mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur pada 1899 . Dari pesantren ini kemudian Kiai Hasyim yang merupakan ulama abad 20, berhasil melahirkan ribuan kiai.
Saat itu, Kiai Hasyim mendirikan pesantren bukan hanya bertujuan untuk memperkuat ilmu agama, tetapi juga untuk jihad melawan penjajah Belanda dan juga Nippon (Jepang).
Sejarah mencatat, hanya kalangan pesantren yang tidak mudah tunduk begitu saja di tangan penjajah. Dengan perlawanan kulturalnya, Kiai Hasyim dan pesantrennya tidak pernah luput dari spionase Belanda.
Langkah awal perlawanan kultural yang dilakukan oleh pesantren, menunjukkan bahwa pondok pesantren tidak hanya menjadi tempat menempa ilmu agama, tetapi juga menjadi wadah pergerakan nasional, hingga akhirnya bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan hakiki secara lahir dan batin.
Kemerdekaan ini tentu hasil perjuangan seluruh rakyat Indonesia. Tetapi, tentu saja peran ulama pesantren sebagai motor, motivator, sekaligus negosiator tidak bisa dielakkan begitu saja.